BULAN Sya’ban termasuk bulan istimewa yang diagungkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka sepatutnya, umat Islam juga meneladaninya dengan memuliakan bulan Sya’ban. Namun sebelum itu, umat Islam selayaknya mengetahui makna bulan Sya’ban dan keistimewaannya:
Makna bulan sya’ban
Imam Ibnu Manzhur rahimahullah menjelaskan dalam Lisanul ‘Arab:
إِنما سُمِّيَ شَعبانُ شَعبانَ لأَنه شَعَبَ أَي ظَهَرَ بين شَهْرَيْ رمضانَ ورَجَبٍ والجمع شَعْباناتٌ وشَعابِينُ
“Dinamakan Sya’ban, karena saat itu dia menampakkan (menonjol) di antara dua bulan, Ramadhan dan Rajab. Jamaknya adalah Sya’banat dan Sya’abin.” (Lisanul ‘Arab, 1/501)
Dia juga bermakna bercabang (Asy-Sya’bu) atau berselerak (At-Tafriq), karena banyaknya kebaikan pada bulan itu. Kebiasaan pada zaman dahulu, ketika bulan Sya’ban mereka berselerak mencari sumber-sumber air.
Baca Juga: Bulan Sya’ban dan Amalan Mendulang Pahala
Makna Bulan Sya’ban dan Keistimewaannya
Sayyid Muhammad bin Abbas Al-Maliki dalam kitabnya Madza Fi Sya’ban menyebutkan beberapa pendapat ulama tentang asal usul kata “Sya’ban” sertanya:
“Bulan ini dinamai dengan sebutan Sya‘ban karena banyak cabang-cabang kebaikan pada bulan mulia ini. Sebagian ulama mengatakan, Sya‘ban berasal dari Syaa’a Baan yang bermakna terpancarnya keutamaan.
Menurut ulama lainnya, Sya‘ban berasal dari kata As-syi‘bu (dengan kasrah pada huruf syin), sebuah jalan di gunung, yang tidak lain adalah jalan kebaikan.
Sementara sebagian ulama lagi mengatakan, Sya‘ban berasal dari kata As-sya‘bu (dengan fathah pada huruf syin), secara hariah bermakna ‘menambal’ di mana Allah menambal dan menutupi kegundahan hati (hamba-Nya) di bulan Sya’ban.
Ada pula ulama yang memahami bulan ini dengan makna selain yang disebutkan sebelumnya”
Keistimewaan bulan Sya’ban
1. Pada bulan Sya’ban amal manusia diangkat kepada Allah ta’ala. Maka, alangkah baik jika ketika amal kita diangkat, saat itu kita sedang berpuasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
شعبان بين رجب ورمضان يغفل الناس عنه ترفع فيه أعمال العباد فأحب أن لا يرفع عملي إلا وأنا صائم
“Bulan Sya’ban, ada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, banyak manusia yang melalaikannya. Saat itu amal manusia diangkat, maka aku suka jika amalku diangkat ketika aku sedang puasa.”
(HR. An Nasai, 1/322 dalam kitab Al Amali. Status hadits: Hasan (baik). Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 1898. Lihat juga Tamamul Minnah Hal. 412. DarAr Rayyah)
2. Allah ‘azza wa jalla mengampuni semua makhluk kecuali yang menyekutukanNya dan para pendengki. Beliau bersabda:
يطلع الله تبارك و تعالى إلى خلقه ليلة النصف من شعبان ، فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Allah Ta’ala menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya pada malam nishfu Sya’ban, maka Dia mengampuni bagi seluruh hamba-Nya, kecuali orang yang musyrik atau pendengki.”
Maka alangkah baiknya jika bulan Sya’ban ini seorang muslim lebih giat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah karena kemuliaan yang ada di dalammnya.
[Ln]