MENTERI Luar Negeri Lebanon Abdullah Bou Habib pada hari Senin menyebut pembekuan dana untuk badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) sebagai “kesalahan bersejarah.”
Bou Habib mengadakan pembicaraan di ibu kota Beirut dengan Duta Besar AS Lisa Johnson.
“Menunda bantuan untuk UNRWA adalah kesalahan bersejarah yang akan menghilangkan harapan pengungsi Palestina untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik, dan akan menjadi ancaman terhadap keamanan regional dan keamanan negara tuan rumah dan negara donor,” ujarnya dalam pertemuan tersebut seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Baca Juga: Liga Arab Peringati Konsekuensi Pembekuan Dana untuk Pengungsi Palestina
Menlu Lebanon Sebut Pembekuan Dana untuk Pengungsi Palestina sebagai “Kesalahan Bersejarah”
Setidaknya 12 negara yaitu Jerman, Swiss, Italia, Kanada, Finlandia, Australia, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Perancis, Austria dan Jepang telah menangguhkan dana untuk UNRWA, yang didirikan pada tahun 1949 untuk melayani pengungsi Palestina di seluruh Timur Tengah.
Langkah ini dilakukan di tengah klaim Israel bahwa beberapa karyawan badan tersebut terlibat dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel.
UNRWA mengatakan pihaknya memutuskan kontrak dengan beberapa karyawan menyusul tuduhan Israel.
Dikutip dari Anadolu Agency, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara-negara donor mempertimbangkan kembali keputusan mereka untuk pembekuan dan badan pengungsi tersebut.
Tuduhan Israel muncul ketika Mahkamah Internasional (ICJ) pada hari Jumat menemukan klaim Afrika Selatan bahwa Israel melakukan genosida adalah masuk akal.
Pengadilan mengeluarkan perintah sementara yang mendesak Israel untuk berhenti menghalangi pengiriman bantuan ke Gaza dan memperbaiki situasi kemanusiaan.
Mengabaikan keputusan sementara ICJ, Israel terus melakukan serangan gencar di Jalur Gaza di mana setidaknya 26.422 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan 65.087 lainnya terluka sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.
[Ln]