AQIQAH saat bayi berusia dua bulan, apakah diperbolehkan, Ustaz? Anak kami lahir di bulan November, kalau kami mau aqiqah dua bulan setelah kelahiran apakah boleh?
Karena saat ini, kami dengan istri masih LDR, jadi kami belum bisa menentukan jadwal cuti dan libur kerja saya sebagai suami. Izin petunjuk dan arahannya (ARW-Cirebon).
Ustaz Farid Nu’man Hasan menjawab sebagai berikut.
Semoga Allah Ta’ala merahmati Saudara penanya dan keluarga.
Idealnya waktu aqiqah adalah hari ketujuh sejak kelahiran, sebagaimana hadits, dari Samurah bin Jundub, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كلُّ غلامٍ رهينةٌ بعقيقته: تذبح عنه يوم سابعه، ويحلق، ويسمى
“Setiap bayi digadaikan dengan aqiqahnya (yaitu) disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambut kepalanya, dan diberikan nama.”
(HR. Abu Daud No. 2838. Hadits ini shahih. Lihat Imam An Nawawi, Al Adzkar, No. 843. Darul Fikr)
Jika tidak bisa, tidak mampu, atau ada uzur tertentu maka hari kelipatannya seperti 14 atau 21.
Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim Abadi menjelaskan:
وَقِيلَ تَجْزِي فِي السَّابِع الثَّانِي وَالثَّالِث لِمَا أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ عَنْ عَبْد اللَّه بْن بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيّ أَنَّهُ قَالَ ” الْعَقِيقَة تُذْبَح لِسَبْع وَلِأَرْبَع عَشْرَة وَلِإِحْدَى وَعِشْرِينَ ” ذَكَرَهُ فِي السُّبُل . وَنَقَلَ التِّرْمِذِيّ عَنْ أَهْل الْعِلْم أَنَّهُمْ يَسْتَحِبُّونَ أَنْ تُذْبَح الْعَقِيقَة يَوْم السَّابِع فَإِنْ لَمْ يَتَهَيَّأ فَيَوْم الرَّابِع عَشَر ، فَإِنْ لَمْ يَتَهَيَّأ عَقَّ عَنْهُ يَوْم إِحْدَى وَعِشْرِينَ .
Ada yang mengatakan: Sah dilakukan pada hari ke 14 dan 21, sebab telah dikeluarkan oleh Imam Al Baihaqi dari Abdullah bin Buraidah, dari Ayahnya, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: ‘Aqiqah disembelih pada hari ke- 7, 14, dan 21.’ Hadits ini disebutkan dalam kitab Subulus Salam.
Imam At Tirmidzi mengutip dari para ulama bahwa mereka menyukai menyembelih aqiqah pada hari ke 7, jika dia belum siap maka hari ke 14, jika dia belum siap maka di hari ke 21.” (‘Aunul Ma’bud, 8/28. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Imam Ahlus Sunnah, Ahmad bin Hambal, pun membolehkan aqiqah dilakukan setelah hari ketujuh kelahiran. Berikut keterangannya:
قال أبو داود في كتاب المسائل سمعت أبا عبد الله يقول العقيقة تذبح يوم السابع وقال صالح بن أحمد قال أبي في العقيقة تذبح يوم السابع فإن لم يفعل ففي أربع عشرة فإن لم يفعل ففي إحدى وعشرين وقال الميموني قلت لأبي عبد الله متى يعق عنه قال أما عائشة فتقول سبعة أيام وأربعة عشرة ولأحد وعشرين وقال أبو طالب قال أحمد تذبح العقيقة لأحد وعشرين يوما انتهى
“Abu Daud mengatakan dalam kitab Al Masail, aku mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad) berkata: Aqiqah disembelih pada hari ke 7.
Baca juga: Hukum Seputar Aqiqah
Aqiqah saat Bayi Berusia Dua Bulan
Berkata Shalih bin Ahmad: “Ayahku (Imam Ahmad) berkata tentang aqiqah, bahwa disembelih pada hari ke-7, jika belum melaksanakannya maka hari ke-14, dan jika belum melaksanakannya pada hari ke-21.
Berkata Al Maimuni: Aku bertanya kepada Abu Abdillah, kapankah dilaksanakannya aqiqah? Dia menjawab: ‘Ada pun ‘Aisyah mengatakan pada hari ke-7, 14, dan 21.’
Berkata Abu Thalib: Imam Ahmad berkata aqiqah disembelih pada satu hari, hari ke-21. Selesai.”
(Imam Ibnul Qayyim, Tuhfatul Maudud, Hlm. 43. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Jika ini juga tidak mampu karena adanya uzur pula, maka tidak mengapa kapan saja orangtuanya mampu melaksanakannya.
Ini adalah pendapat mazhab Syafi’i, Hambali, dan sebagian tabi’in.
Ini berdasarkan hadits: Dari Anas bin Malik, katanya:
عق رسول الله صلى الله عليه وسلم عن نفسه بعد ما بعث بالنبوة
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengaqiqahkan dirinya setelah beliau diangkat menjadi nabi.” (HR. Abdurrazaq, No. 7960)
Hadits ini sanadnya terdapat Abdullah bin al Muharrar seorang yang dinilai dhaif.
Namun karena memiliki jalur lain yang menguatkannya yang diriwayatkan oleh Imam Abu Ja’far ath Thahawi dalam Musykilul Atsar, Imam Ath Thabarani dalam Al Awsath dan Imam Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, maka hadits ini menjadi SHAHIH LIGHAIRIH. (Lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 2726)
Sehingga ini menjadi hujjah bolehnya aqiqah walaupun sudah dewasa.
Imam Ahmad ditanya tentang bolehkah seseorang mengaqiqahkan dirinya ketika sudah dewasa? Imam Ibnul Qayyim menyebutkan dalam kitabnya sebagai berikut:
وقال أن فعله إنسان لم أكرهه
“Dia (Imam Ahmad) berkata: Aku tidak memakruhkan orang yang melakukannya.” (Imam Ibnul Qayyim, Tuhfatul Maudud, Hlm. 61. Cet. 1. 1983M-1403H. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Imam Muhammad bin Sirrin berkata:
لَوْ أَعْلَمُ أَنَّهُ لَمْ يُعَقَّ عَنِّي ، لَعَقَقْتُ عَنْ نَفْسِي.
Seandainya aku tahu aku belum diaqiqahkan, niscaya akan aku aqiqahkan diriku sendiri. (Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No. 24718)
Imam Al Hasan Al Bashri berkata:
إذا لم يعق عنك ، فعق عن نفسك و إن كنت رجلا
Jika dirimu belum diaqiqahkan, maka aqiqahkan buat dirimu sendiri, jika memang kamu adalah laki-laki. (Imam Ibnu Hazm, Al Muhalla, 8/322)
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
والذبح يكون يوم السابع بعد الولادة إن تيسر، وإلا ففي اليوم الرابع عشر وإلا ففي اليوم الواحد والعشرين من يوم ولادته، فإن لم يتيسر ففي أي يوم من الايام. ففي حديث البيهقي: تذبح لسبع، ولاربع عشر، ولاحدي وعشرين.
“Penyembelihan dilakukan pada hari ke tujuh setelah kelahiran jika dia lapang, jika tidak maka pada hari ke-14, jika tidak maka hari ke 21 dari hari kelahirannya.
Jika masih sulit, maka bisa lakukan di hari apa pun. Dalam Hadits Al Baihaqi: “disembelih pada hari ke-7, 14, dan 21.” (Fiqhus Sunnah, 3/328. Darul Kitab Al ‘Arabi)
Demikian. Wallahu A’lam. Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam.[ind]