UNESCO mengumumkan hari lahir Laksamana Keumalahayati sebagai hari perayaan tingkat internasional. Pengumuman tersebut disampaikan pada hari penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO pada 22 November 2023.
Selain pejuang wanita asal Aceh Keumalahayati, sastrawan A.A. Navis juga mendapatkan kebanggaan tersebut.
Dikutip dari situs Kemendikbudristek, Sabtu (2/12), penetapan peringatan atas tokoh ternama memiliki kriteria penentuan berdasarkan tahun kelahiran atau kematian tokoh, terkait dengan cita-cita dan misi UNESCO dalam pendidikan, budaya, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial, dan kemanusiaan.
Nama diusulkan dengan mempertimbangkan keterwakilan gender, hanya dapat diusulkan secara anumerta, dan minimal didukung oleh dua negara.
Dalam hal ini, peringatan untuk kedua tokoh tersebut mendapat dukungan dari Malaysia, Rusia, Thailand, dan Togo.
Penetapan hari lahir kedua tokoh itu sebagai hari perayaan internasional mengukuhkan prestasi Indonesia selama Sidang Umum UNESCO.
baca juga: Pahlawan Laksamana Keumalahayati, Pemimpin Armada Laut Aceh
Hari Lahir Laksamana Keumalahayati Ditetapkan sebagai Hari Perayaan Internasional
Di Sidang Umum UNESCO, Indonesia terpilih sebagai anggota Dewan Eksekutif UNESCO, menjadi anggota Dewan International Programme for the Development of Communication (IPDC), meresmikan Indonesia Corner di Markas Besar UNESCO, dan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang umum UNESCO.
Keumalahayati baru-baru ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi. Ia dikenal atas keberanian, kepemimpinan, dan kontribusinya dalam membela tanah air.
Dikutip dari Wikipedia, Keumalahayati (01 Januari 1550 – 30 Juni 1615) adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah.
Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530–1539 M.
Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada tahun 1585–1604, dia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.
Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
Saat meninggal dunia, jasad Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar. [ind]