EGO itu tentang diri. Tentang siapa, tentang hak dan kewajiban, tentang pilihan, tentang keyakinan, dan lainnya. Berhati-hatilah, karena ego butuh tuntunan.
Semua kita punya ego. Dari egolah seseorang mampu melalui kehidupan ini dengan berbagai rintangannya.
Tapi, jangan biarkan ego melalui hidup ini dengan tanpa tuntunan. Karena hal itu akan membahayakan keadaan ego itu sendiri.
Al-Qur’an memberikan dua sosok ego yang akhirnya menjerumuskan dirinya sendiri. Simbol ego yang tersesat disebutkan Al-Qur’an melalui dua sosok makhluk. Yaitu, dari bangsa jin dan manusia.
Dari bangsa jin yaitu iblis, yang menyebut dirinya ‘Ana khairun minhu.’ “Aku lebih baik dari Adam. Karena aku diciptakan dari api dan Adam dari tanah.”
Hal ini tercantum dalam Surah Al-A’raf ayat 12, “(Allah) berfirman, ‘Apa yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?’ (Iblis) menjawab, ‘Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Dari bangsa manusia yaitu Firaun. Karena merasa hebat, Firaun menganggap dirinya sebagai tuhan: Ana robbukumul a’la. Aku adalah tuhanmu yang maha tinggi.
Hal ini tercantum dalam Surah An-Nazi’at ayat 24. “(Seraya) berkata, ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”
Ketika ego tidak pernah berinteraksi secara dekat dengan Allah subhanahu wata’ala, maka ia akan merasa super. Sebaliknya, ego yang begitu akrab dengan Yang Maha Besar, ia akan selalu merendahkan hati.
Logika ego yang merasa besar selalu melalui unsur materi. Yaitu unsur yang bisa dilihat, diukur, dan disentuh dan dirasakan. Padahal, unsur materi begitu relatif.
Iblis merasa lebih mulia dari Adam karena unsur materi. Yaitu, ia menilai bahwa api lebih hebat dari tanah. Begitu pun dengan Firaun yang secara materi dirinya merasa punya segalanya, melampaui zamannya.
Ego yang tidak memiliki cukup tuntunan akan tidak paham bahwa kemuliaan itu milik Allah. Karena Dialah yang menciptakan segalanya, termasuk unsur materi.
Dan, Allah subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa yang paling mulia adalah mereka yang paling dekat dengan Yang Maha Mulia yaitu hamba-hamba Allah yang bertakwa.
Dan jika itu tentang ego kita sendiri, berhati-hatilah. Karena dari sinilah setan menularkan kesalahan yang sama yang pernah dilakukan rajanya dahulu: iblis.
Yaitu, membanggakan diri karena berasal dari modal yang hebat. Misalnya, keturunan, dan lainnya. Sementara logika ego dari Firaun adalah ketika memiliki pencapaian yang unggul. Misalnya, kecerdasan, kekayaan, dan lainnya.
Yang lebih parah adalah mereka yang tidak memiliki keduanya: modal dan pencapaian, tapi punya ego yang tak terkendali.
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi merupakan bentuk kasih sayang Allah subhanahu wata’ala untuk kita semua. Karena itu, kalahkanlah ego kita di bawah tuntunan keduanya. [Mh]