TERBANG itu berjuang meraih harapan. Tapi jangan terus melihat ke atas, karena kekuatan sayap ada takarannya.
Seekor capung muda begitu menikmati hari-hari pertamanya bisa terbang. Ia meliuk-liuk ke atas dan ke bawah, ke kiri dan kanan.
Sang induk mengawasinya dari kejauhan. “Nak, ukur kekuatan sayapmu!” ucapnya dari kejauhan. Sang capung muda membalasnya dengan anggukan dan senyum.
Tapi, ia penasaran seperti ap ajika berada di posisi paling tinggi. Ia terus terbang tinggi dan tinggi. Dan, ia pun hinggap di sebuah tangkai sebuah pohon.
“Ah, indahnya berada di sebuah ketinggian,” ucapnya dalam hati. Ia begitu puas karena merasa telah terbang sangat tinggi, dan mungkin yang paling tinggi dari capung-capung lain.
Tiba-tiba sesuatu melesat cepat tak jauh dari tempat ia hinggap. Sesuatu itu terbang melampaui ketinggiannya. Ia terus terbang tinggi dan sangat tinggi.
Sang capung terheran. Ternyata, ada hewan yang bisa terbang jauh lebh tinggi dari yang ia bisa.
Emosi mudanya menggelora. Kalau hewan lain bisa setinggi itu, ia pun juga pasti bisa. Sang capung muda pun bersiap-siap mengepakkan sayap tipisnya.
“Aku harus terbang jauh lebih tinggi!” tekadnya. Dan ia pun melesat seperti hewan yang ia lihat.
Namun, tiba-tiba tubuhnya tak seimbang. Angin di ketinggian ternyata jauh lebih besar dengan yang di bawah sana. Ia pun oleng. Sesaat kemudian, ia terhempas diombang-ambing tiupan angin.
“Nak, bangun. Syukurnya kamu masih selamat!” ucap sang induk capung saat merawat sang capung muda.
Rupanya, capung muda tak mampu mengendalikan terbangnya di ketinggian yang bukan kapasitas sayapnya. Tubuhnya berputar-putar terbawa angin dan akhirnya jatuh di rerumputan.
Suara sang induk membangunkannya dari pingsan yang cukup panjang. Ia memeriksa tubuh dan sayap-sayapnya. Sebagian sayap-sayap itu rusak.
“Kamu tahu hewan apa yang coba kamu kejar tadi?” tanya sang induk capung.
Capung muda dengan masih lemas menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak tahu.
“Itu burung elang. Tubuh dan sayapnya jauh melampaui yang kita punya,” jelas sang induk capung.
“Anakku, terbanglah sesuai kapasitas sayap kita,” pungkasnya kemudian. Capung muda pun mengangguk pelan.
**
Allah subhanahu wata’ala menciptakan makhluk dengan kapasitas masing-masing. Belajarlah untuk bijak mengukur kapasitas diri.
‘Terbang’ itu bukan tentang rendah atau paling tinggi. Tapi tentang keseimbangan dan kapasitas diri.
Pahamilah, bahwa Allah subhanahu wata’ala mencukupkan rezeki untuk semua kapasitas. Bahagiakan hati dengan apa yang sudah kita capai. Dan jangan siksa diri hanya untuk mengejar yang tidak mungkin kita capai. [Mh]