ChanelMuslim.com – Assalamu’alaikum Ustadz, bagaimana hukum terapi botox bagi pasien dan dokter kecantikan. Adik saya berprofesi dokter kecantikan, apakah hukumnya ketika dia melakukan terapi botox, tanam benang, filler? Jazakallah Ustadz utk penjelasannya.
Hukum Terapi Botox bagi Pasien dan Dokter Kecantikan, dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan
Baca Juga: Tips Samarkan Kelopak Mata Simetris dengan Make Up ala Adelia Pasha
Hukum Terapi Botox bagi Pasien dan Dokter Kecantikan
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..
Ada beberapa patokan dalam berias bagi kaum wanita:
1. Tidak boleh mengubah ciptaan Allah
Imam Ibnu Jarir Ath Thabari Rahimahullah berkata –sebagaimana dikutip Al Hafizh Ibnu Hajar:
لا يجوز للمرأة تغيير شيء من خلقتها التي خلقها الله عليها بزيادة أو نقص التماس الحسن لا للزوج ولا لغيره
Tidak boleh bagi wanita mengubah sesuatu yang telah Allah ﷻ ciptakan pada dirinya baik dengan menambahkan atau mengurangi dalam rangka mencapai kecantikan, hal itu tidak boleh baik untuk menyenangi suaminya atau alasan lainnya. (Dikutip dalam Fathul Bari, 10/377)
2. Jikalau pun ada berubah maka sementara sifatnya, seperti menyemir rambut
Imam Al Qurthubi Rahimahullah berkata:
المنهيُّ عنْهُ إنَّما هو فيما يكونُ باقيًا؛ لأنَّه من باب تغْيير خلق الله تعالى، فأمَّا ما لا يكون باقيًا كالكُحْل والتَّزيُّن به للنِّساء، فقد أجاز العُلماء ذلك .
Larangan itu jika terjadi perubahan secara permanen, sebab itu masuk dalam bab mengubah ciptaan Allah ﷻ, ada pun jika tidak permanen seperti bercelak yang dengannya biasa wanita berhias, maka para ulama membolehkan hal itu. (Al Jaami’ Al Ahkaam Al Qur’an, 5/369)
3. Tidak membahayakan
Semua hal yang membahayakan dilarang dalam Islam, termasuk upaya mempercantik diri yang terbukti berbahaya, atau berpotensi bahaya.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
Janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri dengan tanganmu ke jurang kebinasaan. (QS. Al Baqarah: 195)
Dalam hadits:
لا ضرر ولا ضرار
Jangan membahayakan orang lain dan jangan membahayakan diri sendiri. (HR. Ahmad no. 2865, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: Hasan)
5. Mesti dari bahan yang suci dan halal
Apalagi ini hanya obat kecantikan bukan obat untuk menjaga kehidupan sehingga tidak ada kata darurat yang mesti dijaga.
Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berikut:
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِيمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan obat buat kalian dari apa-apa yang diharamkan untuk kalian. (HR. Al Bukhari No. 5613)
Dari Abu Darda’ Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلَا تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala menurunkan penyakit dan obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit pasti ada obatnya, maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram.”
(HR. Abu Daud No. 3876, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 20173. Imam Ibnul Mulaqin mengatakan: shahih. (TuhfatulMuhtaj, 2/9). Imam Al Haitsami mengatakan: perawinya terpercaya. (Majma’uz Zawaid, 5/86) )
Imam Asy Syaukani Rahimahullah berkata:
وَكَذَلِكَ سَائِرُ الْأُمُورِ النَّجِسَةِ أَوْ الْمُحَرَّمَةِ ، وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الْجُمْهُورُ قَوْلُهُ : ( وَلَا تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ ) أَيْ لَا يَجُوزُ التَّدَاوِي بِمَا حَرَّمَهُ اللَّهُ مِنْ النَّجَاسَاتِ وَغَيْرِهَا مِمَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ وَلَوْ لَمْ يَكُنْ نَجَسًا .
“Demikian juga seluruh hal yang najis dan haram (tidak boleh dijadikan obat), demikianlah madzhab jumhur (mayoritas), sabdanya: “janganlah berobat dengan yang haram,” artinya tidak boleh pengobatan dengan apa-apa yang Allah haramkan baik berupa benda-benda najis, dan benda lainnya yang diharamkan Allah, walau pun tidak najis.” (Nailul Authar, 8/204)
Maka, Jika suntik botox, tanam benang, sulam alis, dll, tidak masuk syarat ini walau satu saja maka jauhilah semua itu, untuk kehati-hatian …
Demikian. Wallahu a’lam
(ind/alfahmu)