PROBLEM suami istri itu sederhana, yaitu masalah cinta. Jangankan cinta yang hilang, turun dosis saja bisa membuat rumah tangga tak lagi menjadi surga.
Jangan anggap sepele suasana cinta suami istri. Ibarat ruh, cinta bisa membuat ikatan suami istri hidup, sakit, mati suri, atau mati benaran.
Bukan sekadar Mis Komunikasi
Banyak orang yang menjadikan mis komunikasi sebagai pangkal dari kerenggangan ikatan suami istri. Karena ada hambatan, ada halangan; mis komunikasi bisa membuat suami istri salah paham.
Misalnya, ponsel suami atau istri yang sering berdering misterius di waktu malam. Padahal, keduanya sama-sama ada di rumah. Begitu pun dengan anak-anak atau anggota keluarga lain. Kecurigaannya, ada sosok lain yang ingin berkomunikasi secara diam-diam.
Jika terjadi salah paham, biasanya penyebabnya ditujukan pada mis komunikasi. Padahal, boleh jadi, masalahnya tidak sesederhana itu.
Pertanyaan dasarnya, kenapa ada kecurigaan? Hal ini karena masing-masing pihak sudah merasakan ada cinta yang rusak atau mungkin hilang.
Jika suasana cinta keduanya dalam kondisi prima, jangankan suara telepon, seseorang yang datang mengaku-ngaku sebagai istri simpanan atau kekasih gelap pun tak akan bisa dipercaya. Cinta bisa mengikis kecurigaan.
Jadi, kuncinya bukan sekadar pada mis komunikasi. Karena komunikasi hanya tentang cara. Intinya ada pada suasana cinta suami istri itu sendiri.
Belajar dari Pengantin Baru
Satu fase dalam ikatan suami istri yang menunjukkan primanya suasana cinta adalah pada masa pengantin baru.
Semua pasangan suami istri pasti pernah mengalami masa-masa indah ini. Dunia menjadi seperti milik mereka berdua. Semua terasa serba indah.
Hal ini karena keduanya berada pada puncak suasana cinta. Dan suasana ini mampu menstimulasi hal yang minim menjadi maksim, hal yang menyedihkan menjadi membahagiakan, dan seterusnya.
Puncak suasana cinta ini lahir dari fokus hati yang hanya ada di satu titik: yaitu pasangannya. Sementara pihak-pihak lain hanya seperti figuran.
Kebahagiaan hati sedikit pun tak tergoyahkan. Meskipun hanya tinggal di sebuah kamar di rumah orang tua. Meskipun hanya makan sepiring untuk berdua. Meskipun dengan penghasilan yang ala kadarnya.
Kenapa Ada Degradasi Cinta
Cinta mengalami degradasi karena turunnya tingkat idealisme terhadap sosok pasangan. Bisa karena fisik, mengambil perbandingan dengan sosok lain, kebersamaan yang kurang menyenangkan, dan lingkungan yang kerap mengganggu.
Dengan kata lain, bergulirnya waktu dan keadaan menguji suami istri apakah tetap pada puncak cintanya atau akan mengalami degradasi atau penurunan.
Waktu bisa bergulir sepuluh tahun, dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya. Keadaan bisa berbentuk hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Dari semua sebab degradasi cinta itu, kuncinya ada pada diri masing-masing pasangan. Persis ketika masing-masing berada di saat masa pengantin baru.
Yaitu, masing-masing pasangan termotivasi untuk ingin memberikan sesuatu. Apa saja yang dimiliki. Bukan sebaliknya, termotivasi untuk ingin menerima sesuatu.
Bergulirnya waktu dan keadaan, kadang mampu menggeser motivasi baik suami istri itu. Dari yang sebelumnya ingin memberikan sesuatu, menjadi berharap menerima sesuatu. Bahkan bukan sekadar berharap, tapi menuntut menerima sesuatu.
Jadi, jika ingin menyegarkan lagi suasana cinta, segarkan juga semangat untuk memberikan segala hal untuk pasangan. Bukan sebaliknya. [Mh]