KEJAYAAN Milik Orang yang Bertakwa ditulis oleh Ustadz Faisal Kunhi M.A
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Qashas: 83)
Penjelasan
Allah mengabarkan bahwa negeri akhirat dan semua kenikmatannya yang kekal, tidak berubah dan musnah, diciptakan Allah untuk para hamba-Nya yang beriman lagi tawadhu.
Maksud menyombongkan diri adalah berbuat sewenang-wenang dan kerusakan terhadap mereka.
Sufyan bin Said Attsauri dari Mansur dari Muslim Al-Bathin berkata bahwa لعلو فى الأرض “ artinya berbuat angkuh tanpa hak; sedangkan “al fasad” adalah mengambil harta orang lain tanpa hak, ada juga yang mengatakan arti “al fasad” adalah kemaksiatan.
Baca Juga: Takwa Itu Ada di Hati
Kejayaan Milik Orang yang Bertakwa
Dari Ali radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki yang merasa kagum dengan tali sandalnya. Dia ingin memiliki tali sandal yang lebih yang lebih bagus dari para sahabatnya, maka dia termasuk dalam firman Allah,
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Hal ini ditarik kepada kondisi jika dia bermaksud membanggakan diri kepada yang lainnya maka itu termasuk perbuatan tercela, sedangkan jika menyukai hal tersebut dengan tujuan berhias saja maka hal itu tidak mengapa.
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku senang jika selendang dan sandalku bagus. Apakah hal ini termasuk sombong?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan.” Demikian dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir.
Allah berfirman, “Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Kata ‘aqibah (kesudahan) berarti akhir dari segala sesuatu. Allah menjanjikan secara pasti bahwa kesudahan yang baik, di sini maksudnya adalah kemenangan di dunia dan akhirat.
Ini merupakan kabar baik yang sangat indah dan janji yang tidak mungkin meleset. Dari kalimat, “Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang -orang yang bertakwa,” dapat diketahui bahwa orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mewarisi bumi ini adalah orang-orang yang bertakwa, dan pemberian kuasa kepada orang-orang yang tidak bertakwa bersifat sementara.
Adakalanya kebatilan menang dalam satu putaran tetapi babak terakhir dipastikan menjadi milik orang-orang yang membela kebenaran.
Kemenangan adalah hak keluarga Allah, dan janji Allah itu pasti terjadi dan tidak ada keraguan didalamnya; demikian tutur Dr. Khalid Abu Syadi dalam bukunya “60 Motivasi Al Quran dan Hadis Bagi Orang yang Beriman.”
Ayat yang mulia ini merupakan salah satu kaidah Al-Qur’an yang penuh hikmah, sebuah ayat yang membangkitkan harapan dalam jiwa orang-orang yang beriman bahwa mereka akan mendapatkan kesudahan yang baik di dunia sebelum datangnya di akhirat, mereka akan kuat di bumi dengan syarat bertakwa kepada Allah.
Perlu dipahami bahwa lafazh “al-Aqibah” yang bermakna kesudahan atau akibat, tidak hanya terbatas di akhirat, akan tetapi kesudahan ini berlaku secara umum di dunia dan di akhirat.
Hal yang bisa dipahami dari ayat ini adalah setiap orang yang menjauhkan dirinya dari sikap takwa dalam kehidupan sehari-hari baik perbuatan maupun perkataanya, maka ia tidak akan meraih kesudahan yang indah betapapun lamanya ia hidup, itulah sunnatullah untuk para hamba-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjadikan ayat ini sebagai kaidah dan kekuatan untuk melawan pasukan Tartar yang menyerang negeri Islam.
Ia pernah bersumpah atas nama Allah bahwa pasukan Tartar akan mengalami kekalahan dan merekapun akhirnya mundur dan terpecah-pecah. Demikian jelas Dr. Umar bin Abdullah Muqbil dalam karyanya “50 Kaidah Al-Qur’an Untuk Kehidupan.”
Syaikh Assa’di menjelaskan: Dia berfirman, “Dan kesudahan (yang baik) itu.” Maksudnya, suasana keberuntungan dan kesuksesan yang pasti dan terus adalah bagi orang yang bertakwa kepada Allah.
Sedangkan selain mereka, sekalipun mereka memperoleh sebagian dari keunggulan (duniawi) dan kelapangan, namun itu semua tidak akan lama waktunya dan akan musnah dalam waktu yang singkat.
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat ini adalah:
1. Keangkuhan mengantar kepada kedurhakaan dan perusakan. Bukankah Iblis melakukan dosanya terhadap Allah akibat dorongan keangkuhan terhadap Adam as?
2. Keangkuhan yang terlarang adalah sikap yang lahir dari motivasi/ kehendak angkuh pelaku, karena jika yang bersangkutan tidak menghendaki keangkuhan maka dapat ditoleransi.
Demikian dijelaskan dalam tafsir Al-Lubab.
Syaikh Muhammad Ali Ashobuni: Di dalam ayat ini Allah menunjuk akhirat dengan kalimat itu untuk menunjukkan agungnya negeri akhirat, dan Allah sediakan nikmat akhirat yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, bahkan tidak pernah terbersit oleh hati untuk orang-orang bertakwa yang tidak menginginkan kesombongan, kezhaliman dan permusuhan dalam kehidupan ini; dan kesudahan yang terpuji itu untuk mereka yang takut kepada Allah dan merasa selalu diawasi oleh-Nya, dan mereka yang mencari keridhaanNya dan takut akan siksa-Nya.
Dunia adalah ladang untuk akhirat, barang siapa yang memperbaiki amalnya di dunia maka dia akan mendapatkan kesudahan yang baik di akhirat; dan barang siapa yang memperburuk amalnya, maka dia akan mendapatkan kerugian, jadi setiap perbuatan memilki balasannya dengan benar dan adil dan Al-Qur’an adalah nasihat yang paling baik dan paling murni, menjelaskan segala sesuatu sebelum itu terjadi dan menentukan sebab-sebab untuk mencapai tujuan sebelum seseorang mencapai tujuan; demikian jelas Syaikh Wahbah Zuhaili.
Jadikanlah akhirat orientasi dari setiap yang engkau perbuat di dunia ini, maka Allah akan urus duniamu. Demikian tadabbur singkat dari ayat ini, semoga membawa manfaat.