PENDERITAAN rakyat Gaza yang telah diblokade penjajah selama lebih dari 15 tahun dan menjadi penjara terluas di dunia telah lama disaksikan dunia. Wilayah seluas 365 km2 yang dihuni oleh sekitar 2,2 juta jiwa rakyat menjadi kota terpadat di dunia dengan tingkat kemiskinan mencapai 53% ini terus mengalami agresi Israel.
Tidak banyak yang dilakukan oleh dunia internasional dalam mengecam blokade Gaza khususnya dan kolonialisme, ethnic cleansing dan politik apartheid di Palestina pada umumnya.
Serangan zionis penjajah ke Gaza dan wilayah lain di Palestina saat ini adalah serangan terparah sejak tahun 2007. Kemenkes Palestina pada Jum’at (13/10/2023) pukul 00.00 waktu setempat menyatakan jumlah korban jiwa dan luka akibat serangan penjajah pada hari ke-7 di Jalur Gaza sudah mencapai angka 1.537 orang meninggal dunia dan 6.612 orang luka-luka.
Sedangkan di Tepi Barat 35 orang meninggal dunia, 650 orang luka-luka (210 orang di antaranya dilarikan ke rumah sakit) dan lebih dari 120.000 Warga Gaza mengungsi. (Sumber: Kementerian Kesehatan Palestina)
Alih-alih menyasar militer, bukti berupa video, laporan lapangan, puluhan kesaksian, dan dokumentasi fotografi menegaskan bahwa tentara penjajah menargetkan warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak, termasuk paramedis dan jurnalis, serta menggunakan senjata kimia fosfor putih yang sudah dilarang oleh dunia internasional.
Tidak cukup hanya itu. Penjajah juga memutus saluran air, listrik dan internet.
Ketua KPIPA (Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al Aqso), Nurjanah Hulwani, mengatakan bahwa kejahatan zionis Israel kepada penduduk Gaza dengan membunuh dan melukai perempuan dan anak-anak, menghancurkan rumah-rumah, sekolah, masjid dan infrastruktur adalah bentuk pelanggaran berat atas Hak Asasi Manusia yang sebenarnya dilindungi oleh hukum Internasional.
“KPIPA mengutuk keras kejahatan tersebut. Jika PBB dan dunia International tidak bisa menghentikan kejahatan ini maka sudah waktunya umat Islam dan para pejuang HAM bersatu untuk bergerak menghentikan kejahatan Zionis ini. Hanya ada satu kata menghadapi Zionis Israel yaitu ‘melawan’!” serunya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah bersatu menyuarakan kecaman terhadap Zionis dan ajakan solidaritas dalam bentuk aksi damai.
KPIPA akan bergabung pada Aksi Bela Palestina yang diinisiasi oleh Koalisi Indonesia Bela Baytul Maqdis pada hari Minggu (15/10/2023) di Lapangan Mesjid al Azhar, Jakarta Selatan.
Aksi ini selain bergabung bersama jutaan warga dunia yang masih menjunjung nilai kemanusiaan, juga menjadi salah satu cara mempersatukan masyarakat Indonesia umumnya dam muslim khususnya dalam menyikapi penyerangan tak berkemanusiaan yang dilakuakan Zionis terhadap Gaza dan wilayah lain di Palestina. [Mh/KPIPA]
___
KPIPA adalah Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al Aqsha yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kerjasama antar tokoh dan lembaga serta masyarakat perempuan Indonesia dalam mempertahankan keberadaan masjid Al Aqsha.
KPIPA didirikan pada tanggal 17 Agustus 2020 oleh Ketua dan Pengurus terpilih serta 10 lembaga dan ormas muslimah yaitu Adara Relief International, PP Wanita PUI, PB Wanita Al Irsyad, PP Salimah, PP Wanita Islam, PP Perwati, PP Muslimat Mathlaul Anwar, PP Muslimat DDII, PP Muslimat Al Washliyah dan PP IGRA.