USTAZ Abdul Somad (UAS) menceritakan di antara perjalanan dakwahnya di mancanegara. Ada yang menyambut baik, tidak sedikit pula yang menjegalnya hingga ia harus balik ke Jakarta.
Hal tersebut disampaikan UAS saat memberikan pidato tentang penganugerahaan Ustaz Mendunia oleh Majelis Dakwah Islamiyah Pekanbaru, Riau, pada September lalu.
“Selama ini saya tidak menceritakan apa yang saya alami ini. Semata-mata saya maksudkan untuk memberikan semangat kepada generasi muda di MDI ini untuk terus berdakwah,” seperti itu kira-kira yang disampaikan UAS di hadapan para dai yang tergabung dalam MDI Pekanbaru Riau.
Kata mendunia, menurut UAS, mengingatkannya pada penjegalan kunjungan dakwahnya ke beberapa negara.
“Memang ada yang menyambut dengan baik seperti di Malaysia dan Brunei, tapi ada juga yang menjegalnya,” ungkap UAS sambil dengan gaya humorisnya.
Selain pengalaman tidak enaknya di Singapura, UAS juga menceritakan saat perjalanan menuju Timor Leste untuk memenuhi undangan umat Islam di sana.
Setibanya di bandara negara Xanana Gusmao itu, UAS dikabarkan tidak bisa masuk Timor Leste. Dengan memohon maaf, petugas menyampaikan bahwa UAS tidak diperkenankan masuk.
“Kenapa?” ucap UAS minta diberikan penjelasan. Padahal, rencana kunjungan dakwah itu juga akan bertemu dengan uskup di Timor Leste.
“Kami diberitahukan bahwa kami dilarang menerima masuk Anda karena Anda diduga sebagai teroris,” seperti itu kira-kira yang disampaikan petugas kepada UAS.
UAS menambahkan, petugas di sana pun terheran, kok teroris seperti ini.
Dengan berat hati, akhirnya UAS memutuskan untuk kembali ke Jakarta dengan sebuah pesawat. Namun ketika akan menaiki pesawat, seorang pramugari meminta UAS untuk turun lagi dari pesawat.
“Mohon maaf, bapak tidak diperkenankan untuk menumpang pesawat ini. Karena di pesawat ini ada presiden yang akan berangkat ke Jakarta. Dan presiden tidak berkenan bersama Anda,” ucap UAS menirukan yang ia dengar dari pramugari. Tetap dengan senyum humorisnya.
UAS juga menceritakan rencana perjalanan dakwahnya ke Inggris. Untuk menuju Inggris, UAS harus ke Malaysia dulu untuk bisa menumpang pesawat Royal Brunei yang akan berangkat ke Inggris.
Setelah segala ketentuan administrasi selesai, akhirnya UAS sudah bersiap-siap akan menaiki pesawat tersebut.
Tapi sayang, seorang petugas menjelaskan bahwa UAS tidak diperkenankan menaiki pesawat. “Mohon maaf Ustaz, ada kabar dari Jakarta bahwa Ustaz tidak diperkenankan berangkat,” ucap UAS menirukan suara petugas.
“Kenapa baru dikabarkan sekarang?” tanya UAS ke petugas.
Sang petugas menjelaskan kalau kabar itu baru sejam lalu ia terima.
Sang petugas menambahkan, kalau kami memaksakan diri untuk menerbangkan Ustaz, maka maskapai ini akan kena skorsing berupa tidak boleh terbang selama sebulan.
Begitu pun ketika UAS akan menghadiri undangan untuk berceramah di Amsterdam Belanda. Seorang staf UAS menyarankan agar UAS tidak langsung terbang ke Amterdam, tapi ke Swiss dulu untuk kemudian menempuh perjalanan dengan kereta.
Namun, ketika akan menaiki kereta, UAS tidak diperkenankan berangkat. Hal ini karena passport UAS dinyatakan bermasalah.
UAS pun menanyakan lagi di mana masalahnya. Petugas menunjukkan UAS sebuah gambar yang mereka terima. Yaitu, gambar tentang UAS yang ditolak di Amsterdam beberapa tahun lalu.
“Lho itu kan gambar lama?” tanya UAS lagi.
Petugas tersebut menjelaskan bahwa gambar itu baru saja ia terima. Artinya ada pihak-pihak yang tidak menginginkan UAS masuk ke Amsterdam.
Siapakah orangnya? UAS hanya tersenyum seraya membacakan Surah Al-Kautsar. Pada ayat ketiga itulah UAS menjelaskan bahwa orang-orang yang membenci kita tak perlu dipusingkan. Biarlah Allah saja yang mengurusnya.
“Sungguh, orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Kautsar: 3) [Mh]