SESUNGGUHNYA Allah mencintai perubahan hamba-Nya menuju kebaikan. Meskipun sebelumnya ia berbuat kesalahan atau berada di jalan yang tidak diridhoiNya, namun jika hamba tersebut memiliki tekad untuk berubah maka Allah akan memberinya jalan menuju kemudahan. Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du: 11)
Penjelasan:
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Asy’ats dari Jahm dari Ibrahim, dia berkata, “Allah telah menurunkan wahyu kepada setiap nabi di antara nabi-nabi dari kalangan Bani Israil berupa:
‘Katakanlah kepada kaummu, bahwa tidaklah penghuni desa atau penghuni rumah yang ta’at kepada perintah Allah kemudian berubah menjadi bermaksiat kepada-Nya maka Allah akan merubah kesenangan mereka menjadi apa yang mereka benci.'”
Baca Juga: Tips Hidup Bahagia dengan Mencintai Diri Sendiri
Allah Mencintai Perubahan
Kemudian dia berkata, “Hal itu dibenarkan oleh firman Allah yang disebutkan dalam kitab-Nya: ‘Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'”
Maksud dari ayat di atas adalah nikmat bisa berubah menjadi azab ketika kebaikan dan anugerah yang Allah berikan kita balas dengan kedurhakaan, maka ketika berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari, Allah pun tidak akan pernah menyia-nyiakan kebaikan tersebut dan membalasnya dengan limpahan rahmat dan berkah.
Surah Ar-Ra’d ayat 11 menegaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengubah keadaan sesuatu kaum dari positif ke negatif atau sebaliknya dari negatif ke positif sampai mereka mengubah terlebih dahulu apa yang ada pada diri mereka, yakni sikap mental dan pikiran mereka sendiri.
Ada kelompok manusia yang hidup dalam kesengsaraan, dan kelompok lainnya hidup dalam gelimang harta dan kenikmatan yang berlimpah. Kelompok pertama terus mencari jalan keluar dari kesengsaraa itu dengan berpegang kepada ayat Allah:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Namun kelompok lainnya takut akan kehilangan semua yang mereka nikmati itu, tapi sesungguhnya keselamatan hanya akan berpihak kepada siapa yang melihatnya.
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri” (Al-Anfal: 53). Demikian penjelasan dari Prof. Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil.
Di dalam ayat ini Allah mengabarkan tentang sunnah yang Dia berlakukan bahwa Dia tidak akan menghilangkan nikmat dari suatu kaum berupa kesehatan, keamanan, kelapangan karena keimanan dan amal saleh mereka hingga mereka mengganti apa yang jiwa mereka miliki berupa kebersihan dan kesucian dengan melakukan dosa dan tenggelam di dalamnya, sebagai hasil dari berpalingnya mereka dari kitab Allah, tidak peduli dengan syariat-Nya, tidak memperhatikan batasan-batasan-Nya, tenggelam di dalam syahwat, dan mengikuti jalan kesesatan.
Demikian jelas Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi, “Di dalam ayat ini Allah juga mengajak kita untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik karena semuanya berubah dan yang tetap hanya perubahan itu sendiri.
Pertanyaanya kenapa kita harus berubah, jawabannya adalah:
Pertama: Kita tidak hidup selamanya di zaman sekarang, sehingga jika kita tidak berubah maka kita akan ditinggalkan orang atau kita akan tertinggal.
Kedua: Jangan buat dirimu menyesal karena waktu tidak bisa diulang.
Imam Syafi’i memberikan nasihat, “Waktu itu seperti pedang, jika kita tidak memotongnya, maka kita yang akan dipotong oleh waktu tersebut.”
Ali bin Abi Thalib berpesan, “Rezeki yang luput darimu hari ini masih bisa engkau raih esok, tetapi waktu yang berlalu tidak akan kembali lagi.”
Ketiga: Kesuksesan itu diraih bukan ditunggu.
Dikatakan dalam sebuah pepatah, “Engkau mengharapkan kesuksesan tetapi engkau tidak menjalani prosesnya, ketahuilah perahu itu tidak berjalan di atas daratan.”
Keempat: Kamu adalah penentu masa depanmu.
Kita esok adalah pilihan kita hari ini, maka jangan sampai salah dalam memilih sesuatu yang bisa menentukan masa depan kita.
Kemudian apa yang membuat seseorang sulit untuk berubah?
Pertama: Mental block, yakni terlalu banyak “sampah” dan “virus” dalam pikiran dan mental yang terus melekat seperti bayangan mengakibatkan sangat sulit bagi dirinya untuk keluar dari kubangan negatif.
Kedua: Suka menunda, orang bijak berkata:
لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلىَ الغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ
“Jangan menunda sampai besok apa yang bisa engkau lakukan hari ini.”
Ketiga: Tidak meluangkan waktu untuk mengevaluasi dirinya. Setiap muslim hendaknya mengevaluasi dirinya setiap hari, agar ia bisa berubah lebih baik; jika ternyata setelah evaluasi ia termasuk orang yang merugi, sebab lebih banyak maksiat yang dilakukan dari pada kebaikan.
Umar bin Khattab berkata:
“حَا سِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا “
“Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab oleh Allah.”
Keempat: Tidak mengakui kesalahan. Seseorang tidak akan bisa merubah dirinya kepada arah yang lebih baik selama ia tidak mengakui bahwa ada kesalahan dalam dirinya. Ulama berkata:
أَوَّلُ طَرِيْقٍ لِإصْلاَحِ النَّفْسِ الإِعْتِرَافُ بِالخَطَاءِ
“Jalan pertama untuk memperbaiki diri adalah mengakui kesalahan.”
Pemateri: Ustaz Faisal Kunhi M.A
[Ln]