UJIAN mendera di bulan mulia. Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti menulis tentang kesabaran seorang istri kyai yang berjuang demi kebenaran dan pendidikan umat.
“Titip pesantren ya, Mas,” pesan terakhirnya, sebelum pintu jeruji besi itu ditutup dan membatasi geraknya untuk sementara waktu.
“Tak terasa, satu minggu sudah dia menjalani takdir yang ditetapkan Allah atas dirinya.
Takdir yang dia jalani dengan tegar hati dan pasrah sepenuhnya atas ketetapan Sang Pencipta, “Allah, Allah, Allah, Ma Lana Maulana Siwallah…”
Saya termangu lama membaca pesan pendek itu. Ada rasa pedih yang berdenyut di hati. Sudut mata saya terasa hangat.
Membayangkan pria sepuh itu sendirian menjalani hari-harinya, menunggu Sang Istri yang Allah takdirkan “bertafakkur” di salah satu rumah tahanan di Indonesia, karena berusaha mempertahankan tanah pesantren yang mereka bangun dari manusia-manusia serakah.
“Ya Rabb. Yang sabar dan ikhlas ya, Tadz,” hanya kalimat pendek itu yang mampu saya tuliskan.
“InsyaAllah. Maturnuwun,” balasnya.
Baca juga: Melepas Anak “Merantau” ke Pesantren
Ujian Mendera di Bulan Mulia, Kisah Istri Kyai Dipenjara karena Mempertahankan Tanah Pesantren
Kita tidak pernah tahu bagaimana pendulum takdir akan bergerak setiap detiknya.
Pun pria sholeh itu pasti tak pernah membayangkan menjalani kesendirian di hari tuanya, yang harusnya ia nikmati bersama anak cucu dan para santrinya.
Secara berkala ia mengabarkan perkembangan kasus yang menimpa pesantrennya pada sahabat-sahabatnya melalui kisah yang dinarasikannya dengan indah.
Ada kepedihan, ada air mata, namun juga kepasrahan tak terhingga pada Sang Penulis Takdir.
Ujian bisa datang kapan saja, termasuk hari-hari di bulan Muharram yang mulia. Membaca curahan hati yang dituliskannya, membuat saya teringat kisah dramatis Nabi Yusuf.
Badai kehidupan dijalani Nabi Yusuf dengan keikhlasan yang luar biasa. Sekalipun ia harus merasakan dinginnya lantai penjara demi mempertahankan kebenaran.
Hingga akhirnya Allah tunjukkan yang haq adalah haq dan pasti menang dari yang batil.
Tepat di tanggal 10 Muharram, Allah hadirkan jalan kebebasan baginya. Allah angkat derajatnya dan berikan balasan kemuliaan atas kesabarannya.
View this post on Instagram
Semoga keajaiban yang sama juga Allah berikan pada sahabat saya, Kyai sepuh yang tak bisa disebut namanya. Semoga Allah segera angkat masalahnya dan berikan jalan keluar yang tak disangka-sangka.
Sebagaimana gelapnya malam adalah penanda fajar segera menjelang.[ind]