ILMU tidak mengenal batas negara. Karena itu, di mana pun ada sumber ilmu, di situlah orang belajar. Meskipun sumber ilmunya ada di negeri orang.
Siapa pun yang selalu haus dengan ilmu akan mengejarnya di mana pun sumber ilmu itu berada. Termasuk jika lokasinya ada di negeri orang.
Belajar di negeri asli ilmu itu bersumber memang berbeda jika ‘merakitnya’ di negeri sendiri. Selain karena bisa langsung belajar dengan pakarnya, fasilitas belajarnya pun kadang jauh lebih memadai.
Misalnya, belajar ilmu agama di Timur Tengah, belajar teknologi di Jepang dan Cina, belajar ekonomi dan politik di Amerika, atau belajar bahasa asing di negerinya sendiri.
Kisah Orang Dulu Berburu Ilmu
Berburu ilmu di negeri orang bukan terjadi di zaman ini saja. Di masa pesawat belum ada, bahkan mobil dan kereta pun masih dalam khayalan, orang sudah biasa berburu ilmu di negeri jauh.
Misalnya, kisah-kisah para salafus soleh yang belajarnya tidak di satu negeri. Tapi berpindah-pindah dari waktu ke waktu.
Imam Syafi’i misalnya. Beliau lahir di Gaza, Palestina. Meski masih sangat belia sudah diajak ibunya ke negeri nan jauh di Mekah untuk berguru ke para masyaikh. Beberapa tahun berselang, beliau pun hijrah ke Madinah untuk belajar ke guru yang berbeda.
Masih banyak kisah teladan lain tentang mereka yang melintasi banyak negara hanya untuk menimba ilmu lebih banyak.
Kesiapan dan Modal Besar
Belajar di luar negeri tentu berbeda jika di negeri sendiri. Butuh kesiapan mental untuk bisa hidup betah di negeri orang. Juga, kesiapan modal finansial yang tidak sedikit.
Memang, saat ini orang tidak perlu susah payah melintasi samudera dan benua. Hanya dengan pesawat terbang, semua tempat bisa dijangkau. Tapi biayanya sangat mahal.
Belum lagi biaya hidup di negeri yang kurs uangnya berbeda dengan di dalam negeri. Tentu, hal ini tidak bisa dianggap gampang.
Dan kesiapan belajar di luar negeri bukan melulu soal uang dan mental. Tapi juga kesiapan pengetahuan yang memadai tentang negeri yang akan ditinggali. Seperti, bagaimana budaya di sana, bahasanya, bahkan tingkat keamanannya.
Pendek kata, menuntut ilmu di negeri nan jauh bisa dibilang sebagai jihad tersendiri. Butuh perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Namun tentu saja, pengorbanan yang besar juga akan memberikan manfaat yang juga besar. Bukan hanya ilmu dan pengalaman. Tapi juga pahala dari Allah subhanahu wata’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkannya menempuh jalan menuju surga.” (HR. Muslim) [Mh]