KEMAMPUAN membaca Al-Qur’an merupakan pintu masuk level iqra kedua, yaitu bagaimana memikirkan kitab suci Al-Qur’an.
Iqra kedua ini penekanannya pada kesadaran imaginal-intelektual untuk memahami, memikirkan. dan mendalami arti teks Al-Quran.
Iqra kedua tidak sekedar bisa membaca mushaf Al-Quran yang berbahasa Arab, tetapi berusaha untuk memahami maksud dan kandungan Al-Qur’an melalui analisis teks dan linguistik.
Baca Juga: Mengenal Level Iqra: Pertama: Kesadaran Sensorial
Iqra kedua sudah berusaha mendekati makna Al-Qur’an melalui pendekatan semantik dan filologi terhadap teks Al-Qur’an. Termasuk di dalamnya memahami seluk beluk bacaan, termasuk bacaan tujuh, dan analisis penulisan (rasm) Al-Qur’an yang juga memiliki banyak varian.
Level Iqra Kedua: Kesadaran Memahami, Memikirkan dan Mendalami
Termasuk jangkauan Iqra kedua analisis penafsiran yang bermacam-macam (madzahib at-tafsir). Iqra ini memungkinkan seseorang mendalami makna akademik-ilmiah ayat-ayat Al-Qur’an.
Bahkan orang-orang yang non-muslim pun dimungkinkan untuk memperoleh pemahaman mendalam secara imaginal terhadap kandungan Al-Qur’an.
Banyak sekali qur’anic scholars tetapi tidak beragama Islam. Mereka sangat ahli bahasa Arab, bahkan mendalami semantika bahasa Arab yang oleh orang-orang Arab sendiri belum tentu paham.
Iqra kedua lebih menekankan aspek keilmuan Al-Qur’an. Banyak para scholar mencoba menghubungkan hasil-hasil temuannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Salah seorang di antaranya ialah temuan Prof. Rashad Khalifa, dalam karya monumentalnya: Visual Presentation of The Qur’an.
Ia menemukan bahwa Al-Qur’an menggunakan rumus angka 19 dalam penulisan teksnya. la berangkat dari surah al-Muddatstsir ayat 30, “Di atasnya ada sembilan belas”.
Dalam kitab-kitab tafsir klasik ayat ini selalu ditafsirkan 19 malaikat. Rashad Khalifa, mengurai angka 19 ini sebagai rumus matematik untuk membuktikan orisinalitas Al- Qur’an.
Kalangan ahli linguistik, seperti Prof. Roger Berque dari Paris University, mengatakan mustahil Al-Qur’an itu buatan manusia, apalagi manusia 14 abad yang lampau.
Banyak sekali, bahkan semakin bertambah banyak, temuan sains saat ini diparalelkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan Prof. Maurice Bucaille, seorang ahli biologi dengan tegas menyatakan semua pernyataan sains di dalam Al-Qur’an tidak satu pun bertentangan dengan temuan sains modern.
Bahkan beberapa ayat sains menginspirasi para saintis untuk menemukan berbagai temuan baru.
Pemateri: Slamet Setiawan, S.H.I