AYO kita ciptakan acara keluarga dengan gadget yang disita. Mereka jadi enggak makan sambil lihat gadget. Be normal. Dan ternyata mereka pun menemukan kebahagiaan mengobrol dan bergaul sana-sini tanpa gadget.
Dua hari ini, saya kedatangan adik-adik saya yang tinggal di Amerika dan Australia. Mereka membawa anak-anaknya yang remaja (SMU dan kuliah).
Mereka wnggak membawa gadget. Lalu saya dengan sangat berkuasanya merampas gadget anak-anak saya dan menyembunyikannya di brankas.
Awalnya, anak-anak gelisah dan mengomel tapi enggak berani cemberut di depan saya. Mereka tahu bahwa saya galaknya setengah mati. Lalu berjumpalah mereka dengan saudara-saudara di sana-sini.
Saya perhatikan anak-anak saya dalam acara makan-makan di sebuah restoran. Mereka mendatangi sepupu-sepupunya.
Kemudian mereka mengobrol sana-sini dengan si tante dan si om. Mereka juga bercanda dan mencoba makanan.
Mereka saling menghampiri dari satu meja ke meja lain dan juga sibuk mengomentari makanan sambil berbagi. Kedua tangan di atas meja.
Baca Juga: Saat Anak Kecanduan Gadget
Ciptakan Acara Keluarga dengan Gadget yang Disita
Mereka jadi enggak makan sambil lihat gadget. Be normal. Dan ternyata mereka pun menemukan kebahagiaan mengobrol dan bergaul sana-sini tanpa gadget.
Gadget yang menyala cuma punya saya. Itu pun baterainya sengaja saya habiskan sampai akhirnya lupa untuk foto-foto. Bahkan kami sampai meminjam kamera dari gadget waitress. Lalu dikirim ke gadget supir.
Meriah tanpa gadget. Anak-anak juga menjadi punya banyak cerita ketika di mobil. Mereka tampak hidup. Tidak seperti patung cantik yang hilang kesadaran.
Biasanya mata enggak lepas dari gadget walaupun mulut berbicara.
Satu demi satu mesti dilepas dari gadget. Saya sendiri risih melihat anak memegang gadget seperti memegang nyawa.
Yang salah kita, kultur di mana-mana.
Padahal di Amerika sendiri tempat pabrik Iphone, anak-anak saudara saya pada enggak pegang gadget dan wnggak butuh gadget.
Mereka sibuk mengobrol sana-sini dengan orang tuanya. Pikiran dan mata mereka jadi ada di dunia nyata.
Ayo kita ciptakan acara keluarga dengan gadget yang disita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya’.” (HR. At-Tirmidzi)
(Catatan Mam Fifi, Januari 2020)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Mam Fifi P. Jubilea (+62 813‑8943‑1070)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: