MENCOBA menangkap suasana langit di malam ke-23 Ramadan dengan ‘mata telanjang’. Mencoba dua kali memotret langit pakai kamera HP (yang dikenal bagus dan jelas hasil gambarnya), tidak tampak bintang betaburan seperti biasanya. Ada satu dua tampak, sesekali tertutup awan. Angin semilir bertiup sejuk.
Jika saja mata ini mampu menangkap, seperti yang disebut dalam surat Al-Qadar ayat 4-5 “Pada malam ‘lailatul qadar’ para Malaikat turun ke bumi. Sejahteralah (malam) itu hingga terbit fajar.”
Baca Juga: Doa dengan Penuh Pengharapan di 10 Hari Terakhir Ramadan
Langit di Malam ke-23 Ramadan
Ibnu Katsir dalam tafsirnya: “Para Malaikat turun bersamaan dengan turunnya berkah dan rahmat, sebagaimana mereka turun ketika Al-Qur’an dibacakan.”
Al-Qurthubi menulis: “Bahwa para malaikat turun dari seluruh lapisan langit serta dari Sidratul Muntaha. Sedangkan tempat Malaikat Jibril adalah di tengah-tengahnya. Mereka turun (atas perintah Allah) ke permukaan bumi dan mengamini doa manusia hingga terbit fajar.”
Dirahasiakannya kapan waktu pasti datangnya ‘lailatul qadar’ (satu malam yang lebih baik dari seribu bulan) di antara sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan menjadi motivasi bagi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memaksimalkan amalan ibadahnya, agar tidak kehilangan momentum.
“Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu anni”
Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan suka memberi ampun, maka ampunilah aku.
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun instagramnya @wirianingsih. [Ln]