PERHATIKAN tiga kunci sukses bulan Ramadan berikut ini. Hal tersebut akan membuat kamu dapat merasakan manfaat yang luar biasa dari bulan Ramadan.
Baca Juga: Perhatikan Dua Waktu Ini Selama Ramadan agar Tubuh Tetap Prima
Tiga Kunci Sukses Bulan Ramadan
Sebaik-baik bekal yang harus kita persiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan sebagai berikut:
1). Taubat Nashuha
Taubat kepada Allah pada dasarnya diwajibkan pasa setiap waktu pasa setiap saat karena tak ada manusia yang luput dari dosa dan kesalahan.
Namun kewajiban taubat itu menjadi lebih ditekankan manakala datangnya musim yang agung bulan suci Ramadhan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
(QS. At-Tahrim: 8)
Al-Hafidzh Ibnu Katsir Asy-Syafii rahimahullah menjelaskan di dalam tafsirnya, “Taubat nashuha yang dimaksud dalam ayat ini adalah “taubatan shadiqah” yaitu taubat yang jujur.”
Tidak separuh hati dalam bertaubat akan tetapi hatinya jujur hendak kembali kepada Allah atas semua dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya.
Jujur dengan menyesali perbuatannya, bertekad tidak mengulangi, dan memohon ampun kepada Allah dengan istighfar.
Terutama dosa yang menyangkut hak Allah yaitu perbuatan syirik dan dosa yang menyangkut hak Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dari keyakinan-keyakinan bid’ah, kemudian dosa-dosa maksiat dan juga dosa-dosa yang berkaitan dengan hak manusia dengan meminta penghalalannya.
Semua dosa-dosa itu bisa menghalangi kita dari amal saleh bahkan dapat mempengaruhi keabsahannya.
Maka sebelum memasuki bulan Ramadhan hendaknya kita perbanyak taubat kepada Allah dan bersihkan hati dari seluruh dosa.
Amr bin Qais rahimahullah berkata,
طوبى لمن أصلح نفسه قبل رمضان
“Sungguh beruntung orang yang memperbaiki dirinya sebelum memasuki bulan Ramadhan.”
(Latha’iful Ma’arif hlm. 138)
Dan jangan sampai kita termasuk orang-orang yang celaka disebabkan Allah tidak mengampuni dosa-dosa kita sedang kita merasa sudah beramal dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan dalam sabda beliau,
“Jibril telah mendatangiku kemudian ia berkata, “Celakalah orang yang menjumpai Ramadhan akan tetapi dosa-dosanya tidak Allah ampuni”, maka aku ucapkan, “Amin”.”
(HR. Al-Hakim “Al-Mustadrak” 4/154 sanadnya shahih dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)
2). Berdoa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ليس شيء أكرم على الله عز وجل من الدعاء
“Tidak ada sesuatupun yang paling mulia di sisi Allah ‘azza wa jalla melebihi doa.”
(HR. Al-Bukhari “Al-Adabul Mufrad” 712 dll dihasankan Syaikh Nashir)
Doa artinya permohonan seorang hamba kepada Rabbnya tatkala ia berkata, “Yaa Rabbi, yaa Rabbi” atau ungkapan yang serupa itu seraya memohon kepada Allah ta’ala mengabulkan apa yang dia inginkan dan menghilangkan apa yang tidak dikehendakinya.
Adapun pengaruh kuat lemahnya doa kembali kepada keadaan orang yang berdoa.
Sebab itu doa diibaratkan oleh sebagian ulama seperti memanah.
Pertama, adanya sasaran, kedua, panah yang lurus, ketiga, adanya kekuatan untuk menarik busurnya.
Pertama, yang menjadi sasaran dalam doanya hanyalah Allah bukan yang lain, ini yang disebut ikhlas dalam berdoa.
Kedua, panah yang lurus yaitu doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam Al-Qur’an was Sunnah.
Ketiga, yaitu kekuatan berupa kesungguhan ketika berdoa memohon dengan penuh keyakinan bukan coba-coba dan dipanjatkan pada waktu-waktu yang dianjurkan berdoa seperti ketika sujud dalam shalat, sebelum salam, sepertiga akhir malam, ketika turun hujan, antara adzan dan iqamah dan seterusnya.
Siapa yang memperhatikan ketiga hal ini sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan doanya.
Dan dahulu para salaf jauh-jauh hari sebelum memasuki bulan Ramadhan senantiasa berdoa,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
(Allaahumma sallimni ilaa Ramadhan wa sallim li Ramadhan wa tasallamhu minni mutaqabbala)
“Ya Allah sampaikanlah aku kepada bulan Ramadhan dan sampaikanlah Ramadhan kepadaku dan terimalah amalan-amalanku yang kukerjakan.”
3). Ilmu Syar’i
Mempelajari ilmu-ilmu yang menunjang kualitas ibadah kita di bulan Ramadhan seperti fikih puasa bagaimana sifat puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apa saja pembatal-pembatal puasa, apa saja hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa dan menggugurkannya.
Kemudian ilmu yang mengantarkan kita bermujahadah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, keistimewaan malam lailatul qadr, kewajiban zakat, shalat Ied dan berhari raya.
Dan juga yang tak kalah pentingnya ilmu-ilmu di seputar akidah tauhid, tazkiyatun nafs, adab dan etika serta tadabbur Al-Qur’an.
Semua itu harus dipelajari ilmunya agar ibadah dan ketaatan yang kita jalani pada bulan Ramadhan tidak berujung sia-sia.
Khalifah Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata,
من عبد الله بلا علم يفسد أكثر مما يصلح
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa petunjuk ilmu maka akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki.”
Nasihat beliau sebagai peringatan akan bahayanya ibadah yang dikerjakan dengan kejahilan.
Boleh jadi dirinya menyangka benar apa yang salah atau menganggapnya sebagai amal ketaatan dan berpahala padahal menyelisihi petunjuk syariat.
Alhasil, ilmu adalah imamnya amal dan ilmu akan menuntun seseorang beribadah kepada Allah dengan cara yang benar khususnya ibadah-ibadah yang dikerjakan pada bulan Ramadhan serta menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang bertakwa. [Cms]
https://t.me/manhajulhaq