JADI orang tua kudu paham, mau anaknya bagus, jangan sering WhatsApp guru. Guru kan mesti mengajar dan mengurus anak gitu lho.
“Teacher, Ben sakit. Izin enggak masuk. Tapi nanti jam 9 pagi, kalau agak sehat, boleh enggak ikut masuk kelas? Sebab, biasanya dia enggak betah di rumah, maunya sekolah.“ SMS-ku ke sang wali kelas.
Tak ada jawaban. Jam 9 berlalu.
Pukul 12.00 WIB. ”Teacher, kalau ada latihan soal yang mana. Tolong ya untuk Ben disiapkan agar bisa saya bantu di rumah.”
Sampai pukul 13.00 WIB tidak ada jawaban juga.
Agak kesal. Teacher-nya ke mana saja sih.
Lalu tersadar. Ya, teachers-nya kalau pagi kan mengajar. Kalau siang, anak-anak makan siang, teacher-nya ikut makan siang dan jagain anak sambil melihat makan siangnya apa dan bagaimana, habis atau enggak.
Atau juga menjaga anak kelasnya main, menegur kalau ada yang salah, mengajarkan wudhu sebelum shalat, menjaga shalat dan mengajarkan bacaan shalat.
Lalu doa lalu pakai bahasa Inggris. Kemudian memperbaiki kalau spelling-nya salah.
Lalu masuk kelas dan ke admin kalau AC panas. Kemudian ke Kepala Sekolah untuk bertanya guru yang enggak masuk dan siapa yang menggantikan. Lalu memeriksa pensil anak-anak apakah sudah diraut atau belum.
Lalu ke toilet ingin pipis yang sudah ditahan dari tadi ketika breaktime. Lalu di toilet mengantre. Dan harus cepat-cepat kembali ke kelas sebelah mau mengajar Matematika. Kemudian beres-beres.
Lalu menyenggol ponsel mungkin ada SMS dari mertua untuk tanya pindang semalam sudah dipanaskan atau belum yang baru sempat baca.
Lalu ada emoticon love dari suami sejak jam 9 pagi dan baru dibuka jam 2 siang.
Lalu ada tugas Yayasan dari Principal menyuruh buka video. Lalu ada anak kentut sehingga sekelas menjadi kebauan.
Teacher mesti membuka jendela dan matikan AC. Lalu anak yang gembul kepanasan. Ada juga anak cemberut. Lalu ada anak ingusan sampai ke pipi. Lalu, kring….
Baca Juga: Kisah Fetucinni dan Siswa JISc Primary
Jangan Sering Whatsapp Guru
Lupa materi kontak time belum diberikan. Lalu bantu anak muroja’ah di kelas Surah Al Insan untuk anak kelas satu yang TK di JISc.
Lalu lupa SMS suaminya tolong belikan bawang karena dari JISc hanya dapat sembako (terigu, beras, minyak dan lain-lain tanpa bawang).
Lalu ingat kata Mam Fifi masak pakai bawang bombay saja biar cepat as kita kan wanita carrier.
Lalu siap-siap shalat ashar dengan berdoa cepat-cepat untuk mamak yang lagi sesak napas. Lalu membariskan anak-anak dan mengingatkan anak-anak untuk ini dan itu.
Lalu ingat mesti pulang lambat mau membuat power point untuk presentasi di depan Mam Fifi.
Kalau tidak, tidak mendapat uang liburan akhir pekan. Lalu ingat Senin mau training di Anyer jadi anak-anak mesti dikasih homework yang banyak agar tetap terasah otaknya walaupun liburan.
Lalu ingat ada meeting kalev jam 4 di kelasnya Teacher Tammy. Lalu ingat harus mengumpulkan lesson plan gelombang kedua. Lalu….
Ah, hanya Mam yang mengerti deh kalau teacher enggak bisa balas SMS Mam segera.
Jadi Mam tanya sendiri, jawab sendiri dan ke kelasnya Ben sendiri dan mengambil soal latihan sendiri dan enggak mau menyusahkan sang teacher.
Hanya mau SMS WhatsApp sebulan sekali saja. Itu pun cuma untuk mengabarkan, “Teacher, alhamdulillah Ben nilainya bagus.
Teacher pintar banget deh mengajarnya. Ini ada kue coklat. Teacher makan ya, sekaligus ajak anak-anak boleh juga. Love you and thanks.”
Orang tua murid yang sering WhatsApp guru lalu dijawab sering dan segera berarti itu guru enggak mengajar tapi menjaga ponsel. Haha. Ini info saja ya. Info solid.
Paling susah SMS guru JIGSc; di-SMS pagi, dijawab malam jam 12 malam. Alasan baru selesai kesibukan. Woa… ini ustazah atau Cinderella? Jam 12 malam baru on.
Jadi orang tua kudu paham, mau anaknya bagus, jangan sering WhatsApp guru. Guru kan mesti mengajar dan mengurus anak gitu, lho.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami)
(Catatan Mam Fifi, Oktober 2019)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Mam Fifi P. Jubilea (+62 813‑8943‑1070)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: