SOLUSI itu bukan seperti membalikkan telapak tangan. Tapi proses yang butuh waktu.
Hidup ini seperti arena seribu satu masalah. Lepas dari satu masalah, bukan berarti bebas dari masalah. Tapi pindah dari masalah lama ke jenis masalah baru.
Kadang, masalah datang tidak satu per satu. Tapi mengepung secara kolektif. Dan di situlah kita sedang diuji dan diuji.
Padahal untuk keluar dari satu masalah saja, solusinya tidak langsung datang. Ada proses yang membutuhkan kesabaran untuk mengawalnya.
Pemahaman dari orang-orang bijak bahwa solusi itu selalu butuh waktu. Mirip seperti pengendara sepeda motor yang kehujanan di jalan tanpa berbekal jas hujan. Yang harus ia lakukan sederhana: menunggu hujan berhenti.
Kadang, unsur waktu terkesan tidak berhubungan langsung dengan masalah. Artinya, mau diselesaikan sekarang atau nanti, perkiraan jalan keluarnya sama saja.
Contoh, kakak adik bertengkar tentang siapa yang salah sehingga sepeda motor bisa dicuri. Sang kakak menuduh adik lalai mengunci pintu pagar rumah. Sementara adik menyalahkan kakak karena tidak mengunci ganda motor.
Kalau menghubungkan dengan butuh waktu, rasanya tidak berhubungan. Tapi cobalah endapkan masalah untuk beberapa waktu: mungkin jam, mungkin juga hari. Suatu saat, solusi dari pertengkaran itu akan terjawab.
Karena saat bertengkar itu, dua pihak biasanya terjebak di dua keadaan: kalau dia yang benar, maka saya yang akan divonis salah. Karena itu, pertahankan argumen kalau dia yang salah.
Endapan waktu akan secara perlahan membuka jebakan pemikiran picik itu. Ada paradigma lain yang juga harus dilibatkan sebagai bagian dari solusi.
Antara lain, kehilangan motor memang masalah. Tapi akan lebih bermasalah lagi jika kehilangan ikatan persaudaraan. Dan untuk menuju ke paradigma ini tentu butuh waktu.
Dalam soal utang piutang juga seperti itu. Ketika tenggat waktu pengembalian sudah tiba, tapi utang juga belum bisa dibayar, solusinya sederhana: tunda lagi. Lha sampai kapan? Sampai dia mampu membayar, atau Anda berbesar hati untuk mensedekahkan.
Seperti itulah Allah subhanahu wata’ala mengajarkan kita. “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berikan tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 280)
Paradigma yang Allah subhanahu wata’ala ajarkan memang berbeda dengan apa yang ada dalam pikiran manusia kita. Bahwa ketika kalian saling percaya, saling ingin membantu, saling ingin mendapatkan ridha Allah; maka uang sebesar apa pun akan menjadi kecil di banding persaudaraan dan balasan dari Allah.
Dan anugerah paradigma baru berupa kesadaran luar biasa itu tidak datang begitu saja. Tapi sekali lagi butuh waktu.
Jadi ketika kita sedang menghadapi masalah, coba endapkan beberapa waktu. Karena boleh jadi solusi di luar dugaan akan datang seiring bergulirnya waktu.
Bukan sebagai maksud untuk mendunda-nunda. Tapi untuk menjernihkan masalah sehingga pilihan solusinya lebih arif dan bijaksana. [Mh]