ORANG-ORANG beriman menyambut seruan keimanan dalam doanya. Hal ini dijelaskan oleh K.H. Iman Santoso, Lc., M.EI. yang menukil surat Ali Imran ayat 193.
Allah Subhanahu wa taala berfirman:
رَّبَّنَاۤ إِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیࣰا یُنَادِی لِلۡإِیمَـٰنِ أَنۡ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمۡ فَـَٔامَنَّاۚ رَبَّنَا فَٱغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرۡ عَنَّا سَیِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلۡأَبۡرَارِ
”Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu):” Berimanlah kamu kepada Rabb kamu”,
maka kamipun beriman Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti” (QS Ali ’Imran: 193)
Inilah salah satu doa orang-orang beriman. Doa yang merupakan refleksi dari sikapnya, yaitu senantiasa menyambut seruan atau panggilan keimanan.
Para ulama menyebutkan yang menyeru keimanan adalah Rasul Shallallahu alaihi wa sallam sebagian yang lain menyebutkan Al-Qur’an, tetapi keduanya benar.
Apakah Rasul Shallallahu alaihi wa sallam ataukah Al-Qur’an keduanya menyeru pada keimanan.
Baca Juga: Iman Seseorang Mampu Mengantarkannya ke Surga
Orang Beriman Menyambut Seruan Keimanan dalam Doanya
Seruan keimanan ini adalah seruan yang sangat indah, Allah Subhanahu wa taala menyerunya dalam Al-Qur’an berkali-kali dengan penuh kelembutan dan kecintaan:
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟
”Wahai orang-orang yang beriman!”
Seorang sahabat ahlul Qur’an bernama Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu mengatakan:
“Jika kalian mendengar Allah menyeru kalian dengan ungkapan ”Wahai orang-orang yang beriman!” maka dengarkanlah, karena sesudah itu pasti ada perintah yang jika dilaksanakan akan memberi manfaat bagimu atau ada larangan yang jika ditinggalkan juga akan memberi manfaat bagimu”.
Perintah dan larangan memang semuanya untuk kemashlahatan manusia bukan untuk kepentingan Allah Subhanahu wa taala.
Seruan keimanan pertama yaitu agar manusia bersyahadat, yang memiliki dua sisi, pertama; mentauhidkan Allah Subhanahu wa taala. dalam segala hal, penghambaan, kecintaan dan ketaatan, Laa ilaha illah.
Sisi kedua; agar membenarkan Rasul Shallallahu alaihi wa sallam mencintai dan menjadikanya sebagai teladan dalam kehidupan, Muhammadur Rasulullah.
Inilah dua kalimat Syahadat, syahadat tauhid dan syahadat rasul, keduanya menjadi pintu masuk dari semua ajaran Islam.
Orang-orang yang bersyahadat harus dalam kesadaran penuh bahwa dia sedang melakukan ikrar, janji setia dan sumpah. Setelah itu, mereka dalam keadaan siap dan komitmen melaksanakan ajaran Islam.
Seruan kedua yaitu, shalat. Panggilan ini dikumandangkan oleh muadzin lima kali dalam sehari. Seruan yang sangat indah, seruan yang mengajak pada sholat dan kemenangan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mencontohkan langsung bagaimana menegakkan sholat dengan sempurna, khusyuk, dilakukan di awal waktu, berjamaah dan di masjid.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
حُبِّبَ إليَّ من دُنْياكمُ النِّساءُ والطِّيبُ وجُعِلَت قُرَّةُ عَيني في الصَّلاةِ
“Aku dijadikan mencintai dunia kalian, yaitu wanita dan wangi-wangian. Dan dijadikan penyejuk mataku pada shalat”. (HR Ahmad dan An-Nasa’i)
Dalam hadis lain ketika datang waktu shalat, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
يا بلالُ أقمِ الصلاةَ، أرِحْنا بها
“Wahai Bilal, iqomah shalat, dan kita rehat dengannya.” (HR Abu Dawud)
Demikian juga para sahabat, mengikuti apa yang telah dicontohkan Rasul shallalahu alaihi wa sallam bahkan mereka menjadi generasi yang senantiasa ruku’ dan sujud mengharap karunia dan ridho Allah, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (48: 29).
Imam Hasan Al-Banna memberikan wasiat kepada pengikutinya: ”Tegakkan sholat kapan saja anda mendengarkan panggilan dalam kondisi apapun, dan upayakan lakukan berjamaah di masjid”.
Oleh karena itu, sholat tidak selayaknya dikalahkan oleh kegiatan lain.
Seruan ketiga, yaitu zakat, baik zakat Harta maupun zakat Fitrah.
Sangat indah sekali, jika shalat menguatkan hubungan dengan Allah Subhanahu wa taala (hablun minallah), maka zakat menguatkan hubungan dengan manusia (hablun minannas).
Seruan keempat, yaitu puasa, ayatnya didahului dengan panggilan orang beriman:
{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” ( QS. Al-Baqarah 183).
Seruan Kelima, yaitu haji ke tanah suci. Semoga kita bisa diundang oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya berkunjung ke tanah suci.
Itulah rukun Islam, yang sejatinya merupakan prinsip yang sangat mendasar dari ajaran Islam, seruan Allah, panggilan keimanan untuk disambut dengan penuh antusias.
Dan seluruh seruan keimanan adalah baik, indah dan mengajak pada kehidupan, kehidupan yang sejati, kehidupan abadi, kehidupan bahagia, kehidupan yang mulia, bukan asal hidup, bukan kehidupan yang hina, seperti kehidupan hewan atau bahkan lebih rendah dan hina dari hewan.
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱسۡتَجِیبُوا۟ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا یُحۡیِیكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّ ٱللَّهَ یَحُولُ بَیۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥۤ إِلَیۡهِ تُحۡشَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu,
dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS Al-Anfaal 24). Wallahu a’lam bis shawab.[ind]