BERHIAS itu menjadikan diri tambah bagus. Terutama bagus dalam akhlaknya.
Kenapa kita lebih suka tinggal di rumah sendiri, atau berada bersama dengan lingkungan alami kita, daripada di rumah orang lain atau berada di lingkungan ‘formal’ kita?
Jawabannya sederhana. Karena kita ingin sesegera mungkin melepas ‘topeng’ diri kita.
Rasanya begitu capek tampil dengan ‘topeng’. Kita menjadi diri yang bukan kita sebenarnya. Melainkan menjadi sosok lain yang berbeda saat kita di rumah.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa kita harus tampil selalu dengan ‘topeng’? Bukan tampil wajar menjadi diri kita yang sebenarnya.
Kalau dinilai dari sisi negatifnya, mungkin akan tergambar kalau hal itu menjadi seperti pencitraan. Atau yang lebih buruk lagi, kita menjadi akrab dengan sifat munafik. Tentu bukan munafik akidah, tapi munafik amali.
Itu jika dinilai dari sisi negatifnya. Tapi bukan berarti tidak ada penilaian positifnya. Karena tampil dengan memperbagus diri melampaui yang aslinya sebenarnya ada sisi tarbiyahnya. Yaitu, kita membiasakan diri untuk menjadi lebih bagus dari biasanya.
Karena membiasakan diri tampil bagus dari biasanya, suatu saat, kita memang akan berubah. Yaitu menjadi sosok yang sebelumnya hanya sekadar ‘topeng’.
Itulah di antara hal positif berada dalam lingkungan yang baik, atau lingkungan yang begitu memperhatikan akhlak dan sejenisnya. Meskipun awal-awalnya terasa berat menjadi sosok lain yang bukan kita sebenarnya.
Pertanyaan lainnya, kenapa adaptasi berubah menjadi baiknya begitu lama? Sudah lama berada di lingkungan yang baik, tapi rasanya tetap saja terus-menerus mengenakan ‘topeng’.
Hal ini karena kurangnya kesadaran diri bahwa kita harus berubah. Berubah bukan karena keadaan atau suasana sekitar. Tapi memang karena kita menyadari bahwa perubahan yang baik itu patut kita lakukan. Bukan sebuah keterpaksaan.
Kadang kita lupa dengan sesuatu yang sangat mendasar. Yaitu, sendiri atau bersama orang banyak, kita selalu bersama Allah subhanahu wata’ala.
Allah selalu bersama kita, di mana pun kita berada. Allah Maha Tahu di saat kita sedang sendiri atau ketika bersama orang banyak.
Orang lain boleh saja bisa kita ‘tipu’. Tapi, Allah subhanahu wata’ala tidak bisa kita perdaya. Suatu saat, rekaman tentang kehidupan asli kita akan Allah perlihatkan.
Jadi, tidak ada salahnya untuk berlatih berubah mulai dari saat kita sendiri. Mulai di rumah, di kamar, di saat kita hanya ‘berdua’ dengan Allah subhanahu wata’ala.
Dengan kata lain, ‘kamera’ pengawasnya bukan mata orang banyak. Melainkan, karena adanya kesadaran selalu bersama dengan Allah subhanahu wata’ala.
Jadi, menjadi diri sendiri bukan berarti menjadi diri kita tanpa akhlak, tanpa kelayakan saat bersama dengan orang banyak. Bukan itu.
Menjadi diri sendiri adalah menjadi sosok baik yang secara sadar selalu ingin kita perjuangkan. Mulai di saat sedang sendiri, atau ketika bersama dengan orang banyak.
Dan hal itu tentu butuh kesabaran dan kegigihan. Tapi yakinlah bahwa selalu ada cara untuk menjadi yang lebih baik.
Allah subhanu wata’ala berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 29: 69) [Mh]