URUSAN bakti kepada orangtua setelah menikah sering kali dibentur-benturkan dengan bakti kepada suami. Padahal keduanya bisa dilakukan bersamaan.
Hal ini diungkapkan oleh Ustaz Herlini Amran, MA. saat ditanya “apakah wanita yang sudah menikah tidak wajib untuk mengurus dan menemani ibunya yang tinggal sendiri dan tidak berpenghasilan?”
Ustaz Herlini kemudian memberikan jawaban sebagai berikut:
Secara umum Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan manusia untuk berbakti kepada kedua orangtuanya, memuliakan, menghormati, merawat dan memperlakukan mereka dengan baik. Perintah berbuat baik itu banyak terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadis, diantaranya firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat al Isra’ ayat 23:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”.
Baca Juga: Larangan Seorang Wali Mempersulit Pernikahan Wanita yang Sudah Dicerai
Bakti Wanita kepada Orangtua Setelah Menikah
Perintah tersebut berlaku kepada semua anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Tidak hanya berlaku untuk anak laki-laki saja.
Sebab bila penekanan hanya untuk anak laki-laki saja, tentu para orangtua tidak menginginkan mempunyai anak perempuan, sebab apabila kelak mereka menikah tidak mempunyai kewajiban lagi terhadap orangtuanya.
Apalagi orangtuanya tinggal sendirian dan tidak berpenghasilan pula, hanya memiliki anak perempuan saja, jika telah menikah tidak lagi bertanggung jawab dengan kedua orangtuanya. Tentu hal ini bertentangan dengan keadilan dan kasih sayang Islam.
Seorang perempuan setelah menikah, maka kewajibannya mentaati suaminya sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga salat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, ‘Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka”. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Tentu saja kewajiban mentaati suami tidak boleh dibenturkan dan dipertentangkan dengan kewajiban berbakti dan menjaga orangtua yang membutuhkan anaknya.
Para suami yang sudah memiliki istri yang mentaatinya, maka kewajiban seorang suamilah untuk berbuat baik terhadap orangtua istri.
Suami berkewajiban menjaga hubungan baik di antara mereka, tidak dibenarkan hubungan mereka diputus begitu saja, Allah tidak menyukai orang yang memutuskan silaturrahim, terlebih terhadap orangtua, apalagi orangtuanya tinggal sendirian dan tidak berpenghasilan pula.
Mestinya suami mengizinkan istrinya untuk merawat orangtuanya dan mengajak tinggal bersama dengan mereka. Menafkahi dan merendahkan diri terhadap mereka. Memperlakukan orangtua istri sebagaimana orangtua sendiri, disinilah turunnya keberkahan dalam suatu keluarga.
Ketika suami istri menunjukkan sikap baktinya pada orangtua, tidak membedakan antara orangtua dan mertua, niscaya kelak anak-anak mereka akan berbakti pula pada orangtuanya, mereka telah mendapatkan contoh nyata dengan keteladan dari orangtua mereka.
Wallahu a’lam.