SELALU ada hikmah di balik kesulitan. Sayangnya, kita tak terlalu sabar untuk menyibak hikmahnya.
Pada 22 Juni 1987, ada seorang anak laki-laki lahir di Rosario Argentina. Belakangan diketahui kalau anak ini mengidap penyakit langka, yaitu gangguan hormon pertumbuhan.
Dampak penyakit bawaan ini menjadikan sang anak tidak bisa tumbuh normal. Wajahnya tetap seperti balita, tingginya tak bertambah, dan mudah cedera.
Jika dibiarkan, sang anak akan tumbuh seperti cebol. Usia bertambah, tapi tubuhnya segitu-gitu aja.
Pekerjaan sang ayah hanya sebagai buruh pabrik besi. Ibunya pegawai cleaning service paruh waktu.
Rasanya terlalu berat untuk membiayai pengobatan sang anak yang butuh biaya sekitar 20 juta rupiah per bulan.
Pengobatannya berupa suntikan hormon setiap hari. Dan tidak diketahui hingga berapa tahun suntikan itu dinilai cukup.
Sejak sang anak berusia 11 tahun, ibunya begitu sabar menyuntikkan hormon ke tubuh sang anak. Setiap malam.
Karena sudah biasa, akhirnya sang anak menyuntikkan tubuhnya sendiri. Setiap malam.
Anak ini punya bakat olah raga. Bakatnya dinilai banyak orang sekitar sangat luar biasa.
Bayangkan, seorang anak yang punya bakat olah raga luar biasa, tapi punya penyakit gangguan hormon pertumbuhan.
Ayah ibu anak ini berusaha keras mencari bantuan untuk pengobatan sang anak. Sayangnya, usaha itu tak kunjung berhasil.
Sang ayah begitu aktif mencari bantuan dana, hingga ke hampir seluruh klub olah raga di Argentina. Tapi, upaya itu tak kunjung membuahkan hasil.
Akhirnya setelah 2 tahun mencari, ada klub olah raga luar negeri, Spanyol, yang mau membantu. Dengan catatan, sang anak harus menjadi anggota klub olah raga mereka.
Demi kesembuhan sang anak, sang ayah ibu menyetujui kesepakatan itu. Jadilah si anak itu tinggal di Spanyol bersama sang ayah. Sementara ibu dan anggota keluarga lain tetap tinggal di Argentina.
Karena terpisah jauh dari ibu dan saudaranya, hampir saja ia berhenti. Tapi ayahnya terus menyemangatinya.
Dengan terapi obat yang memadai dan latihan fisik yang rutin, sang anak akhirnya sembuh.
Sang anak pun terus meraih prestasi olah raganya yang luar biasa. Tinggi badannya pun sudah tergolong normal: 1,7 meter.
Siapakah anak ini? Ia bernama Lionel Andeas Messi. Kini Messi menjadi pemain bola yang paling berprestasi sepanjang sejarah sepak bola dunia.
**
Allah menguji manusia dengan berbagai kesulitan. Sepatutnya, umat Islam lebih paham dari makna ujian itu.
Sabar sepertinya memang tanpa batas. Meskipun rentang waktunya tak selama yang kita khawatirkan. Dan di balik sabar selalu ada hikmah kebaikan.
Yakiinlah bahwa Allah selalu sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya. Tetaplah dalam baik sangka, doa, dan ikhtiar sekuat tenaga. [Mh]