SEPERTI fisik, mental pun bisa sehat bisa juga sakit. Diagnosis penyakitnya, dan sembuhkan.
Inilah area negatif mentalitas kita. Sejumlah keadaan berikut ini menunjukkan ada yang tidak beres dengan mental kita. Antara lain:
Pertama, Takut yang Berlebihan.
Takut merupakan hal alami. Misalnya, takut ular atau hewan buas, takut perampok atau penjahat, dan lainnya.
Namun, jika takut muncul berlebihan, maka itu menunjukkan ada yang tidak beres dengan mental kita.
Contoh, takut jatuh miskin, takut mati, takut setan, takut menikah, takut punya anak, dan lainnya.
Miskin, mati, setan, menikah, dan punya anak merupakan hal yang biasa dijumpai dalam keseharian. Artinya, itulah keadaan yang akan dilalui hidup kita.
Takut dengan sesuatu yang akan dilalui tentu akan memunculkan penyakit mental lainnya. Seperti curang atau culas, lari dari kenyataan, dan lainnya.
Hadapi semua kenyataan hidup yang akan dilalui, dan jangan pernah lari. Karena dengan kesiapan itu, kita akan mampu menyiasati dengan baik.
Kedua, Kikir atau Pelit.
Keadaan mental ini sangat dicela dalam Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Tidak mungkin bersatu dalam hati seseorang: iman dan kikir.”
Keimanan meyakini bahwa apa yang dimiliki hanya titipan Allah, bukan milik kita. Kalau itu hanya titipan, kenapa harus kikir jika Pemilik aslinya memerintahkan untuk membayarkan.
Nilai keimanan lain mengajarkan bahwa harta yang dikeluarkan untuk jalan Allah pasti akan Allah lipatgandakan balasannya. Dan orang kikir menunjukkan ia tidak percaya dengan hal itu.
Ketiga, Mudah Marah.
Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Rahmat artinya kasih dan sayang atau cinta. Bagaimana mungkin cinta bisa disandingkan dengan marah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menasihati seorang sahabat, “Laa taghdob, walakal jannah.” Janganlah kalian marah, (karena itu) untukmu surga.
Orang yang sedang marah melepas akalnya. Yang ada hanya kebencian dan ego. Itulah kenapa orang bisa marah hanya hal sepele. Hal ini karena akalnya sedang terlepas.
Suatu saat ketika akalnya melekat lagi, ia akan menyadari kesalahannya. Saat itu pun ia merasa menyesal. Misalnya, telah memukul atau menyakiti anak sendiri, dan lainnya.
Keempat, Jorok dan Tidak Disipin.
Jorok sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Setidaknya, lima kali dalam sehari kita diwajibkan bersuci dalam wudhu. Dan pelajaran itu melatih kita untuk selalu bersih alias tidak jorok.
Begitu pun tentang disiplin. Shalat melatih kita untuk disiplin. Disiplin dalam bersuci, dalam ketepatan waktu, tata cara, dan seterusnya.
Kelima, Buruk Sangka.
Sesuatu yang tidak jelas, jangan dibuat jelas oleh persangkaan kita sendiri. Melainkan dengan tabayun atau konfirmasi.
Kalau memang sulit dicari kejelasan, maka tinggalkan isu itu. Abaikan saja, sampai ada kejelasan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surah Al-Hujurat, “Hai orang-orang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka. Karena sebagian prasangka itu dosa…”
Keenam, Hasad atau Iri.
Islam mengajarkan agar kita menjauhi hasad. Karena penyakit mental ini dapat membakar kebaikan kita.
Orang yang terkungkung dalam sifat hasad sebenarnya sedang ‘menggugat’ kebijaksanaan Allah subhanahu wata’ala. Karena yang memberikan nikmat kepada orang yang dihasadi itu adalah Allah.
Masih banyak mentalitas buruk lain yang tidak patut ada dalam diri seorang muslim. Dan yang paling rugi dari mental yang sakit itu adalah diri kita sendiri. [Mh]