HATI seorang mukmin bersih dan bercahaya. Ia bisa menangkap keburukan kecil yang tak terlihat mata.
Salah satu keberuntungan seorang mukmin adalah Allah menganugerahkannya hati yang bersih dan bercahaya. Hatinya bisa seperti alarm yang menangkap ‘bahaya’ meski kecil.
Kalau si empunya hati melakukan kebaikan, maka sang hati merasa tenang. Tapi jika sebaliknya, hatinya akan gelisah dan penuh keraguan.
Hal ini karena tidak semua keburukan terlihat apa adanya. Karena sebuah polesan yang super sempurna, keburukan hanya bisa ditangkap oleh hati yang bersih ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan nasihat kepada seorang sahabat bernama Wabishah radhiyallahu ‘anhu.
“Wahai Wabishah, mintalah fatwa kepada hatimu. (Nabi mengucapkan itu hingga tiga kali). Karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang dan goncang hatimu….” (HR. Ahmad)
Meskipun, banyak orang yang membenarkan apa yang meragukan itu. Hal ini karena hati yang bersih bisa menangkap sinyal ‘bahaya’ yang tidak bisa ditangkap oleh mata biasa.
Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang sahabat yang memiliki hati dengan kepekaan luar biasa. Hatinya seolah bisa menangkap keadaan hati orang lain.
Sahabat mulia itu bernama Khuzaifah bin Yaman. Ia masuk Islam di masa awal perjuangan Rasulullah. Hatinya tidak pernah tertutup sedikit pun untuk Nabi. Tak ada rahasia tentang dirinya untuk Rasulullah.
Khuzaifah seolah bisa membedakan apakah seseorang memiliki keimanan yang benar, atau hanya kamuflase alias munafik.
Bahkan para sahabat mengenalkan sebagai orang yang menyimpan rahasia Rasulullah berupa daftar orang-orang munafik. Orang munafik dan orang mukmin memang tinggal berbaur satu sama lain di Madinah. Sehingga, tidak semua orang bisa dengan mudah meyakini bahwa orang itu munafik.
Umar bin Khaththab bahkan pernah minta kepastian dari Khuzaifah radhiyallahu ‘anhuma. Umar minta kepastian apakah dirinya bukan tergolong orang munafik. Tapi hal itu tidak dijawab Khuzaifah, hingga akhir hayat beliau.
Jadi beruntunglah mereka yang saat ini Allah anugerahi hati yang bersih dan bercahaya. Tentu melalui keimanan mereka yang sempurna.
Karena di masa sekarang ini, begitu canggih polesan tentang figur seseorang. Tidak mudah bisa membedakan, apakah seseorang memang sebaik yang terlihat, atau justru sebaliknya.
Jika memang Allah menganugerahkan kita hati istimewa seperti itu, akan terlihat dengan jelas siapa yang mukmin tulen, dan siapa yang mukmin polesan. [Mh]