MUKTAMAR Muhammadiyah ke-48 akhirnya tuntas dilaksanakan. Hasilnya seperti memastikan bahwa Muhammadiyah tetap dalam ‘oposisi’.
Muktamar ke-48 yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, pada Ahad kemarin resmi ditutup. Hasilnya, jabatan Ketua Umum dan Sekretaris Umum tetap dipegang oleh pengurus sebelumnya.
Yaitu, Dr. Haedar Nashir sebagai Ketua Umum dan Dr. Abdullah Mu’thi sebagai Sekretaris Umum. Sementara untuk pengurus sayap muslimah Muhammadiyah, Aisyiyah, terpilih Dr. Salmah Orbayinah sebagai Ketua Umum dan Dr. Tri Hastuti Nur Rochimah sebagai Sekretaris Umum.
Pemilihan dilakukan secara e-voting yang menunjukkan Muhammadiyah begitu ‘melek’ teknologi. Selain itu, e-voting menunjukkan pemilihan begitu jujur dan transparan.
Dinamika Muktamar ini sudah dimulai beberapa hari sebelum hasil akhir ini. Salah satunya yang dilakukan mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Dr. Amien Rais.
Melalui chanel Youtube-nya, Bapak Reformasi ini mewanti-wanti peserta Muktamar agar tidak memilih calon yang sering mondar-mandir ke istana. Bahkan, beliau menyebut dua calon, tanpa nama.
Seperti diketahui, salah satu calon yang masuk bursa Ketum adalah salah seorang menteri, yaitu Dr. Muhadjir Effendi.
Amien tentu bukan anti pemerintah. Tapi, beliau seperti ingin mengingatkan bahwa Muhammadiyah sejatinya sebagai ormas dakwah. Dan inti dari misi dakwah adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Memerintahkan yang baik dan mencegah yang munkar.
Dengan kata lain, Amien mengingatkan para muktamirin untuk tegak lurus pada misi dakwah Muhammadiyah. Yaitu, konsisten dalam amar ma’ruf dan nahi munkar.
Selama ini, Muhammadiyah memang konsisten ‘menjaga jarak’ dengan pemerintah. Meskipun kadernya masuk di kementerian, tapi khiththah perjuangan dakwahnya tetap jelas. Tidak mencla-mencle atau menjadi sub ordinasi pemerintah.
Boleh jadi, apa yang dilakukan Amien Rais menunjukkan adanya indikasi upaya ‘intervensi’ pihak-pihak tertentu untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai ormas yang ‘jinak’.
Muktamar kali ini memang begitu strategis dalam momentum politik menjelang Pilpres 2024. Dan sekali lagi, Muhammadiyah sepertinya ingin memastikan bahwa ormasnya tetap dalam misi dakwah. Atau, ‘oposisi’ dalam istilah politiknya.
Selamat dan sukses untuk Muhammadiyah. Semoga apa yang dicita-citakan KH Ahmad Dahlan tetap terwujud. Yaitu menjadikan Muhammadiyah sebagai ormas dengan misi dakwah dan tajdid. [Mh]