SETAN itu makhluk jahat. Ia dan pasukannya berupaya menyesatkan manusia. Pertanyaannya, kenapa Allah menciptakan setan padahal itu buruk buat manusia?
Semua yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia. Selalu ada hikmah yang bisa diambil di balik semua yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Termasuk juga Iblis dan setan.
Iblis adalah makhluk yang ditakdirkan menjadi raja setan. Ia tergolong dari kaum jin. Iblis diciptakan jauh lebih lama dari manusia.
Dahulu, Iblis tergolong hamba Allah yang sangat soleh. Sebegitu solehnya, posisinya hampir disetarakan dengan malaikat.
Namun, takdir menentukan lain. Iblis tergelincir ketika jiwanya berontak dengan kemuliaan yang Allah anugerahkan kepada Nabi Adam alaihissalam, bapak dari manusia.
Ia pun bersumpah akan menyesatkan seluruh anak keturunan Adam. Ia meminta izin kepada Allah agar bisa dipanjangkan umur hingga hari akhir nanti. Dan izin itu diberikan.
Seperti halnya dengan jin yang lain, Iblis juga kawin dan memiliki anak keturunan. Semua keturunan Iblis secara otomatis menjadi pengikutnya yang setia. Begitu pun dengan jin-jin yang tersesat, yang ikut menjadi pasukan Iblis.
Semua mereka itulah, termasuk Iblis tentunya, disebut dengan setan. Bahkan setan bukan hanya dari kaum jin, tapi juga dari kaum manusia yang tersesat dalam jalan Iblis.
Selain Iblis, setan dari jin juga bisa mati. Tapi, usia mereka jauh lebih panjang dari manusia. Ada yang ratusan hingga ribuan tahun.
Entah seperti apa kehidupan komunitas mereka. Berapa jumlah anak jin sekali melahirkan, seperti apa kehidupan keluarga mereka, rumah mereka, makanan mereka, dan seterusnya. Wallahu a’lam.
Hal ini karena jin bisa melihat manusia. Tapi, kita tidak bisa melihat mereka. Namun, jin umumnya tinggal di mana manusia tinggal, di bumi ini.
Iblis dan pasukannya menempuh jalan yang ‘istiqamah’. Yaitu, ‘istiqamah’ untuk menyesatkan manusia. Mereka tidak pernah taubat. Kecuali dengan izin Allah.
Dikisahkan, suatu kali Iblis bertemu dengan Nabi Musa alaihissalam. Ia bertanya, “Wahai Musa, tanyakan kepada Allah apakah peluang taubatku masih ada?”
Nabi Musa bermunajat kepada Allah. Kemudian mengatakan, “Masih ada. Tapi ada syaratnya.”
Iblis bertanya, “Apa itu syaratnya?”
“Syaratnya, bersujud di kuburan Nabi Adam,” ucap Nabi Musa.
Iblis mengatakan, “Bersujud kepada Adam yang masih hidup saja aku tak mau, bagaimana mungkin harus bersujud pada kuburannya.”
Itulah Iblis. Takdirnya sudah sangat jelas untuk menjadi makhluk yang menyesatkan manusia.
Namun, justru dengan eksistensi Iblis dan setan, melalui hikmah Allah subhanahu wata’ala, manusia bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Mana yang baik dan mana yang buruk.
Selain itu, keberadaan Iblis dan setan menjadi ‘alat uji’ yang hidup untuk manusia: apakah bisa tetap istiqamah di jalan Islam atau tidak.
Siapa yang bisa tetap istiqamah akan masuk surga. Dan siapa yang tergelincir, akan masuk neraka bersama Iblis dan setan.
Satu hal yang harus dipegang oleh kita, bahwa manusia tidak akan mampu menghadapi tipu daya setan, tanpa bantuan Allah subhanahu wata’ala.
Karena itu, selalulah minta pertolongan dari Allah. Berdoalah agar bisa tetap istiqamah hingga akhir hayat hidup kita. [Mh]