SAHABAT Chanelmuslim, sebagai orang tua, pernahkah berpikir bahwa marah sebagai tanda sayang? Benarkah tindakan seperti itu?
Motivator dari Rumah Pintar Aisha, Randy Ariyanto W. mengatakan bahwa banyak orang tua beranggapan kalau marahnya orang tua itu sebagai tanda sayang orang tua kepada anak, wujud perhatian orang tua kepada anak.
Kalau orang tua tidak marah-marah, anak akan dibiarin dan dicuekin. Apakah benar seperti itu?
Jadi Ayah Bunda, kita harus memahami apakah dengan marahnya ayah dan bunda itu, pesan yang ingin ayah bunda kirimkan ke anak itu sampai pada anak.
Misalnya, saat anak bermain game terus hingga lupa sholat, lupa belajar. Lalu orang tua marah dan berteriak “Main game terus, ayo belajar sana, kalau tidak Ayah banting HP-nya”.
Baca Juga: Wasiat Rasulullah: Jangan Marah
Orang tua Marah Sebagai Tanda Sayang, Padahal Tidak Menurut Anak
Coba kita pahami bersama, tujuan Ayah pasti baik agar anaknya belajar tetapi apa yang diterima anaknya bukan seperti itu.
Anak menangkap pesan dari Ayahnya bahwa Ayahnya tidak menyukainya bermain HP, Ayahnya tidak menyukai dirinya, Ayahnya membenci dirinya, Ayahnya mau merusak HP-nya, Ayahnya tidak suka ia senang.
Jadi pesan Ayah tidak ditangkap anaknya.
Saat kita marah kepada anak itu yang ditangkap bukan pesannya, bukan nasihatnya tetapi yang ditangkap anak itu marahnya.
“Huh dimarahin lagi, iihhh diomelin terus, ah bunda sudah enggak sayang”.
Boleh jadi, orang tua berpikiran bahwa marahnya orang tua itu wujud sayang, namun bagi anak, ia tidak merasa disayangi ketika orang tuanya marah kepadanya.
Bahkan sebaliknya, anak akan merasa dibenci, tidak dihargai, direndahkan, tidak dicintai dan sebagainya. Sebenarnya perasaan-perasaan inilah yang terjadi pada diri anak saat mereka dimarahi.
Ayah Bunda, jadi sudah tahu kan ya, apa yang terjadi kepada anak, dan bagaimana perasaan anak ketika dimarahi orang tua?
Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini, Ayah Bunda tak lagi marah-marah ke anak ya.[ind]