ChanelMuslim.com – Hukum harta haram digunakan untuk pembangunan WC Rumah Quran. Izin bertanya Ustaz, untuk penggunaan dana non halal apakah bisa digunakan untuk pembangunan toilet santri rumah Al-Qur’an?
Harta Haram untuk Pembangunan WC Rumah Al Quran
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Uang haram, jika maksudnya adalah hasil mencuri, korupsi, mencopet, maka ini tidak boleh dimanfaatkan karena dia harus dikembalikan ke pemiliknya. Itu adalah harta BERTUAN, tuannya ada, yaitu pemiliknya.
Uang haram, jika maksudnya adalah hasil dari zina, jual khamr, riba, maka ini haram bagi ORANG YANG USAHANYA MEMANG SEPERTI ITU. Tapi, tidak haram saat dia menghadiahkan ke orang lain atau lembaga. Hakikatnya itu harta tidak bertuan, maka boleh dikembalikan kepada umat secara umum.
Demikianlah teorinya.
Baca Juga: Status Zakat dari Harta Haram
Oleh karena itu, Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid menjelaskan:
وأما المحرم لكسبه فهو الذي اكتسبه الإنسان بطريق محرم كبيع الخمر ، أو التعامل بالربا ، أو أجرة الغناء والزنا ونحو ذلك ، فهذا المال حرام على من اكتسبه فقط ، أما إذا أخذه منه شخص آخر بطريق مباح فلا حرج في ذلك ، كما لو تبرع به لبناء مسجد ، أو دفعه أجرة لعامل عنده ، أو أنفق منه على زوجته وأولاده ، فلا يحرم على هؤلاء الانتفاع به ، وإنما يحرم على من اكتسبه بطريق محرم فقط .
Harta haram yang karena usaha memperolehnya, seperti jual khamr, riba, zina, nyanyian, dan semisalnya, maka ini haram hanya bagi yang mendapatkannya saja. Tapi, jika ada ORANG LAIN yang mengambil dari orang itu dengan cara mubah, maka itu tidak apa-apa, seperti dia sumbangkan untuk masjid, membayar gaji pegawai, nafkah buat anak dan istri, hal-hal ini tidak diharamkan memanfaatkan harta tersebut. Sesungguhnya yang diharamkan adalah bagi orang mencari harta haram tersebut.
(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 75410)
Dzar bin Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhuma bercerita:
جاء إليه رجل فقال : إن لي جارا يأكل الربا ، وإنه لا يزال يدعوني ،
فقال : مهنأه لك ، وإثمه عليه
Ada seseorang yang mendatangi Ibnu Mas’ud lalu dia berkata:
“Aku punya tetangga yang suka makan riba, dan dia sering mengundangku untuk makan.”
Ibnu Mas’ud menjawab; Untukmu bagian enaknya, dan dosanya buat dia. (Imam Abdurrazzaq, Al Mushannaf, no. 14675)
Salman Al Farisi Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
إذا كان لك صديق
عامل، أو جار عامل أو ذو قرابة عامل، فأهدى لك هدية، أو دعاك إلى طعام، فاقبله، فإن مهنأه لك، وإثمه عليه.
“Jika sahabatmu, tetanggamu, atau kerabatmu yang pekerjaannya haram, lalu dia memberi hadiah kepadamu atau mengajakmu makan, terimalah! Sesungguhnya, kamu dapat enaknya, dan dia dapat dosanya.” (Ibid, No. 14677)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]