KESEPIAN itu ternyata mematikan, sebagaimana fenomena yang terjadi di Korea. Tidak hanya orangtua, kelompok pemuda usia 20 sampai 30 tahun juga menyumbang banyak kasus mati kesepian sebanyak 14 persen, dilansir dari The Korea Herald.
Menurut Badan Statistik Korea, jumlah rumah tangga dengan satu orang melonjak dari 5,39 juta pada 2016 menjadi 6,64 juta pada 2021.
Penyebabnya antara lain pensiun dini, perceraian, kesehatan yang memburuk dan pengangguran kaum muda yang lebih tinggi.
“Orang dapat mengalami frustrasi psikologis dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat karena mereka mudah terkena perubahan sosial ekonomi,” kata Lee Ho-sun, pemimpin Pusat Konseling Lansia Korea.
Baca Juga: Bahayanya Perasaan Kesepian pada Masa Kecil
Kesepian itu Mematikan, Korea Alami Masalah Ini Pada Kelompok Pemuda
Menurut penelitian dari American Heart Association, kesepian dapat meningkatkan risiko meninggal akibat serangan jantung atau stroke.
“Lebih dari empat dekade penelitian telah dengan jelas menunjukkan bahwa isolasi sosial dan kesepian keduanya terkait dengan kesehatan yang merugikan,” kata Dr. Crystal Wiley Cené ketua kelompok peneliti ilmiah, yang diterbitkan di Journal of American Heart Association.
Isolasi sosial terjadi ketika seseorang memiliki kontak sosial yang relatif sedikit, sedangkan kesepian terjadi ketika seseorang menganggap diri mereka terisolasi, sehingga menyebabkan mereka merasa tertekan.
“Meskipun isolasi sosial dan perasaan kesepian terkait, mereka bukanlah hal yang sama,” kata Cené.
Ia melanjutkan, “Individu dapat menjalani kehidupan yang relatif terisolasi dan tidak merasa kesepian, dan sebaliknya, orang dengan banyak kontak sosial mungkin masih mengalami kesepian.”
Sementara perubahan hidup seperti kehilangan pasangan atau pensiun dapat mengakibatkan lebih sedikit koneksi sosial dan interaksi bagi orang tua.
Survei lain yang dikutip dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa orang dewasa muda berusia 18 hingga 22 tahun yang sekarang dianggap sebagai generasi paling kesepian, menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial dan kurang terlibat dalam aktivitas pribadi dibandingkan generasi sebelumnya.
Data menunjukkan pandemi COVID-19 telah memperburuk keadaan, terutama untuk orang dewasa muda.
Isolasi sosial dan kesepian adalah faktor penentu kesehatan jantung dan otak yang kurang diakui.
“Ada bukti kuat yang menghubungkan isolasi sosial dan kesepian dengan peningkatan risiko kesehatan jantung dan otak yang lebih buruk secara umum,” kata Cené.
Penelitian tersebut juga menemukan hubungan dua arah antara isolasi sosial dan faktor risiko kesehatan mental.
Mereka yang terisolasi secara sosial lebih mungkin mengalami depresi, dan mereka yang mengalami depresi lebih mungkin untuk terisolasi secara sosial.
Orang yang terisolasi secara sosial atau kesepian mungkin terlibat dalam perilaku yang lebih membahayakan kesehatan jantung dan otak, seperti makan sedikit buah dan sayuran, tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup dan terlalu banyak duduk. [Ln]