UJIAN dan kehidupan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Allah telah mengatur kehidupan ini sepaket dengan beragam ujian di dalamnya yang harus dihadapi oleh manusia. Hal ini sering dilupakan atau tidak disadari oleh manusia sehingga tak jarang mereka putus asa bahkan merelakan nyawanya sendiri.
Tujuan Hidup untuk Beribadah
Hidup bukan untuk semata-mata bersenang-senang, tujuan kita hidup di dunia adalah untuk beribadah. Ibadah disini berarti ketundukan kita atas aturan-aturan Allah.
Semakin kita mematuhi aturan yang Allah buat maka semakin tinggi derajat keimanan kita sebagai hamba-Nya.
Tidak terbatas pada melaksanakan kewajiban shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya, lebih dari itu kita akan dihadapkan dengan cobaan untuk menguji seberapa tunduk kita pada Allah dan seberapa maksimal kita mencapai tujuan kehidupan ini.
Jika kesadaran ini telah melekat pada jiwa seseorang maka seharusnya ia tidak muda menyerah begitu saja, karena ia telah memahami hakikat kehidupan ini.
Baca Juga: Ujian Waktu dalam Kehidupan Pernikahan
3 Hal yang Sering Dilupakan tentang Ujian Kehidupan
Adanya ujian yang menyulitkan kita, beriringan dengan tersediannya harapan. Dimana ada kesulitan disitu ada kemudahan.
Saat kita putus asa dengan ujian, maka kita harus pahami ada kemudahan di aspek lain kehidupan yang bisa kita nikmati. Disinilah sabar dan syukur berperan mengendalikan diri kita agar tidak terlepas dari aturan Allah.
Hidup adalah berlomba-lomba mengerjakan kebaikan
Kehidupan harus diwarnai dengan semangat berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan menjauhi kejahatan. Bukan untuk berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan, yang identik dengan kuantitas.
Lomba yang dimaksud adalah kebaikan yang bernilai ibadah sesuai dengan tujuan kehidupan itu sendiri.
Apapun posisi kita, dan seberapa banyak harta benda yang kita miliki bukan menjadi penentu kemenangan.
Namun, kualitas perbuatan yang bernilai ibadah menjadi penentu kemenangan itu.
Ujian bisa berupa sesuatu yang kita benci dan senangi
Kerapkali ujian itu berwujud sesuatu yang menyenangkan, memuaskan, dan memberikan kenikmatan, seperti anak-anak, pasangan, harta, kesehatan, jabatan, pengaruh, wibawa di masyarakat, keamanan, ketentraman, kerukunan dan lain sebagainya.
Ketika seluruh kenikmatan ini tidak dipahami sebagai ujian, maka tak jarang akan disalahgunakan.
Ujian yang dimaksud disini adalah memanfaatkan kenikmatan untuk meraih tujuan kehidupan yaitu ketundukan kepada Allah.
Demikianlah tiga hal yang sering dilupakan oleh kita semua saat ujian datang melanda, sehingga tak jarang kita lari, putus asa, bahkan bersikap semena-mena ketika bertemu dengannya. [Ln]