DI ANTARA salah satu Asmaul Husna Allah yaitu Al-Muhaimin yang bermakna Yang Maha Menjaga atau Yang Maha Mengawasi. Allah dengan nama ini mengawasi segala yang tersembunyi maupun yang tampak. Allah juga mengawasi apapun yang tersimpan di dalam hati.
Kemampuan Allah mengawasi segala hal ini setidaknya terdiri dari tiga bentuk tindakan yaitu Allah mengetahui setiap kejadian, Allah mampu mengatasi apa yang sedang terjadi dan Allah mengetahui apa yang akan terjadi.
Berbeda dengan manusia, terkadang ia mengawasi suatu kejadian namun ia tidak mampu mengatasinya. Atau terkadang manusia mengawasi suatu kejadian dan mampu mengatasinya, namun ia tidak mengetahui kejadian apa yang akan terjadi setelahnya.
Sebagai contoh, seorang pasien datang ke dokter mengeluhkan rasa sakit yang ia alami. Dokter tersebut akan memeriksa bagian-bagian tubuhnya yang berkaitan dengan gejala rasa sakit yang si pasien rasakan. Ia lalu memberikan saran atas apa yang harus pasien lakukan dan obat apa yang harus ia konsumsi.
Walaupun dokter itu mampu mengidentifikasi penyakit pasien dan memberikan obat untuk mengatasi penyakinya, namun sejatinya dokter tersebut tidak mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya pada pasien.
Beberapa kasus, gejala-gejala lain muncul di masa mendatang, bahkan ada yang sudah dinyatakan sehat dan keluar dari rumah sakit namun tidak lama kemudian ia meninggal dunia.
Sepintar dan sehebat apapun manusia, ilmu yang dimilikinya masih amat terbatas.
Asmaul Husna Al-Muhaimin, Allah Maha Mengawasi
Makna lain dari Al-Muhaimin adalah Allah mampu melakukan pengawasan atas segala hal dalam waktu yang bersamaan.
Misalnya, Allah adalah yang menjaga dan mengawasimu dalam perjalananmu menuju keluar kota, disaat bersamaan Allah juga mampu menjaga dan mengawasi keluarga yang kamu tinggal di rumah.
Allah menganugrahi manusia ilmu dan kemampuan fisik, namun amat jarang yang ahli dalam dua hal ini sekaligus.
Ada seseorang yang sangat cerdas dengan wawasan yang luas namun ia memiliki keterbatasan fisik. Demikian sebaliknya, ada seseorang yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa namun ia memiliki keterbatasan ilmu.
Memang ada kemungkinan seseorang memiliki keduanya, walaupun sangat jarang ditemui, namun ia sudah pasti tidak mampu mengetahui kejadian di masa mendatang.
Sehingga pengawasan yang dilakukan manusia jika hanya mengandalkan ilmu atau fisik/ ilmu dan fisik sekaligus tetap tidak bisa menandingi pengawasan Allah yang meliputi kemampuan melihat masa depan.
Ada dua motif pengawasan yang biasanya dilakukan oleh seseorang, yaitu pengawasan atas dasar cinta seperti seorang ibu yang mengawasi anaknya ketika sakit. Ia memperhatikan tiap gerak sang buah hati atas dasar peduli, kasih dan sayang.
Kedua adalah pengawasan atas dasar kebencian seperti seorang majikan yang mengawasi budaknya karena kezaliman, keangkuhan dan kesombongan dirinya.
Pengawasan Allah masuk dalam kategori yang pertama, yaitu pengawasan atas dasar kasih sayang kepada para hamba-Nya.
Demikianlah A-Muhaimin, memiliki makna yang amat luas. Pengawasan Allah melewati seluruh batasan-batasan yang dimiliki manusia, baik berupa ilmu, kemampuan, waktu, tempat dan lainnya. [Ln]