BUDAYA mistik hingga saat ini masih melekat di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh sosok kontroversial, Syekh Siti Jenar yang muncul pada zaman kerajaan di Nusantara.
Ketergantungan pada mistik ini lahir dari tradisi kejawen yang turun temurun diwariskan dari ajaran Hindu-Budha di Kerajaan Majapahit.
Usai keruntuhan Kerajaan Majapahit dengan Raja terakhirnya, Brawijaya V, digantikan dengan kesultanan Demak dipimpin oleh Raden Patah, putera dari Brawijaya V.
Raden Patah merupakan murid dari Sunan Ampel yang ditugaskan untuk membuka pesantren di Glanggang Wangi dan berhasil berkembang hingga melahirkan kerajaan Demak.
Terangkatnya Raden Patah menjadi Sultan Demak pertama ini atas dorongan para wali, yang turut andil dalam penyebaran dakwah Islam sejak masa Majapahit.
Saat kekuasaan Majapahit semakit melemah, daerah-daerah kekuasaannya yang terletak di area pesisir banyak yang masuk Islam karena pengaruh saudagar-saudar muslim. Namun, daerah-daerah pedalaman masih kental dengan ajaran Hindu-Budha, sisa-sisa warisan Majapahit.
Pengaruh Mistik Syekh Siti Jenar pada Zaman Kerajaan di Nusantara (1)
Dalam buku Pemikiran Islam Jawa Studi Kritis Seputar Metode Dakwah Wali Songo dan Mistik Kejawen karya Abdul Rahman HJ. Abdullah, menyebutkan bahwa penguasaan Demak atas Majapahit dan terjadi perpindahan agama ke Islam menumbulkan kekecewaan dari pengikut setia Hindu-Budha, di antara mereka ada sosok bernama Ki Kebo Kenongo.
Setelah kematian Raden Patah, pemangku kekuasaan Demak silih berganti. Tentunya hal ini tidak bebas dari konflik politik yang menggerogoti tubuh mereka.
Diperparah dengan konflik agama atas kemunculan sosok kontroversial, yaitu Syekh Siti Jenar.
Kisah-kisah tentangnya dipenuhi dengan mitos dan pertentangan karena ajarannya melawan ajaran Islam yang murni atau ajaran yang didakwahkan para wali.
Doktrin yang paling terkenal dari Syekh Siti Jenar adalah Manunggaling Kawula Gusti yaitu menyatunya Tuhan dengan Manusia.
Ajaran yang digaungkan Oleh Syekh Siti Jenar ini menarik banyak pengikut, salah satunya Ki Kebo Kenongo yang juga keturunan penguasa Majapahit.
Ki Kebo Kenongo yang kecewa dan kehilangan kuasa setelah lahirnya Kesultanan Demak, tidak saja menjadi oposisi penguasa. Ia juga banyak menentang dan melawan dakwah Wali Songo yang mengajarkan Islam.
Baik Syekh Siti Jenar maupun Ki Kebo Kenongo pada akhirnya dimusuhi oleh penguasa Demak dan para wali karena dua hal:
1. Menghasut penguasa-penguasa kecil untuk melawan raja yang sah.
2. Menyampaikan agama yang bertentangan dengan para wali.
Lalu bagaimana doktrin Syekh Siti Jenar ini diwariskan dan mengakar pada masa itu?
Lanjut bagian kedua:
Pengaruh Mistik Syekh Siti Jenar pada Zaman Kerajaan di Nusantara (2)
[Ln]