SALAH satu asmaul husna, bahkan yang terletak diurutan pertama dalam 99 deretan nama-nama baik Allah adalah Al-Malik.
Al-Malik berarti memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, yang menguasai atau yang memiliki.
Dalam bahasa arab penulisan Al-Malik ada dua, yaitu ملك dan مالك. Secara umum keduanya memiliki makna raja atau penguasa.
Namun secara eksplisit ملك berarti yang menguasai suatu namun tidak memilikinya, sedangkan مالك yang memiliki sesuatu namun tidak menguasainya.
Allah adalah ملك dan مالك, Ia yang menguasai dan memiliki segala sesuatu.
Baca Juga: Asmaul Husna Al-Qawiy, Tidak Ada yang Menandingi Kekuatan Allah
Asmaul Husna Al-Malik, Penguasa Sejati Hanyalah Allah
Mukmin sejati melihat rumahnya, mobilnya, jabatannya, pengalamannya, keluarganya dan seluruh yang ada padanya dalam kepemilikan dan dalam penguasaan Allah.
Sebagai contoh, seorang dokter spesialis yang pakar di bidangnya. Kemampuannya tersebut sejatinya bukan miliknya, karena jika ada gumpalan yang membeku di otaknya dia akan kehilangan ingatan dan nasibnya berakhir di rumah sakit.
Jadi siapa pemiliki kemampuannya tersebut? Allahlah yang memilikinya dan juga yang menguasainya. Artinya kemampuannya tersebut berada dalam kendali Allah.
Kepemilikan dan kekuasaan sejati tidak pernah hilang dari yang memiliki dan menguasainya.
Allah adalah raja bagi seluruh raja di alam semesta, karena istilah raja yang dimilik oleh makhluknya sewaktu-waktu akan hilang atau berakhir.
Sedangkan kerajaan Allah tidak akan pernah hilang selamanya.
Dalam hadis qudsi disebutkan:
أنا اللّه لا اله إلاّ أنا مالك الملك و مالك الملوك في يدي، وأنّ العباد إذا أطاعوني حوّلت قلوب ملوكهم عليهم بالرأفة والرحمة، وإنّ العباد إذا عصوني حوّلت قلوب ملوكهم عليهم بالسخط والنقمة فساموهم سوء العذاب فلا تشغلوا أنفسكم بالدعاء على الملوك ولكن اشغلوا أنفسكم بالذكر والتقرّب اكفكم ملوككم (رواه الطبراني من الأوسط عن أبي الدرداء)
Akulah Allah, tiada Tuhan yang sebenarnya melainkan Aku; Yang memiliki kerajaan dan Raja dari segala raja. Hati raja-raja itu tergenggam di tanganKu. dan para hamba (rakyat) bila mereka taat kepadaKu, Aku palingkan hati raja-raja mereka kepada mereka itu dengan kasih-sayang.
Sebaliknya bila mereka durhaka kepadaKu, Aku palingkan hati raja-raja mereka terhadap mereka itu dengan segala kemarahan dan siksaan sehingga mereka tersiksa dengan penderitaan yang sangat pedih.
Maka janganlah kamu sibuk mendoakan yang buruk kepada para rajamu, tetapi sibukkanlah dirimu dengan berdzikir dan mendekatkan diri kepadaKu niscaya Aku lindungi kamu dari kejahatan Raja-rajamu.
(HR. Thabrani dari Abu Darda’).
Begitu pula tiap manusia yang dapat melihat dengan mata, maka mata tersebut hanya sebagai pinjaman atau titipan dari Allah untuknya karena sewaktu-waktu juga bisa hilang. Begitu pula dengan seluruh anggota tubuh.
Dalam kitab Asmaul Husna karya An-Nabulsi menyebutkan bahwa para ulama membagi dua macam kekuasaan, yaitu kekuasaan hakiki dan kekuasaan majazi (kiasan)
Kekuasaan hakiki disandarkan kepada Allah, dan kekuasaan majazi disandarkan kepada selain Allah.
Allah sebagai penguasa yang sesungguhnya karena Ia tidak membutuhkan apapun dan siapapun. Sedangkan manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan yang lain bahkan jika ia adalah seorang penguasa atau raja.
Itulah mengapa manusia tidak bisa menjadi penguasa sejati atas sesuatu, mereka disebut dengan penguasa majazi yaitu hanya dititipi kekuasaan yang sangat terbatas dari segala aspek. [Ln]