DAJJAL akan bangkit di akhir zaman. Tak ada wilayah di bumi ini yang tak didatangi Dajjal. Satu sifat Dajjal yang sangat berbahaya: tipu-tipu.
Dajjal identik dengan tipu-tipu. Dalam rekayasanya, kebaikan menjadi terlihat menyeramkan, keburukan menjadi terlihat damai dan menenangkan.
Sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim menyebutkan bahwa kelak Dajjal hadir bersama dua sungai. Satu sungai berisi aliran air jernih yang segar. Dan satunya lagi berisi api yang bergejolak.
Bila ada yang menjumpainya, tutuplah mata dan tundukkan kepala. Pilihlah sungai yang berisi api dan minumlah. Karena sebenarnya itu adalah air jernih yang menyegarkan.
Kini, era akhir zaman sudah datang. Dajjal secara zhahir memang belum hadir. Tapi auranya sudah sangat terasa. Yaitu, aura tipu-tipu.
Tiga hal berikut ini menunjukkan era tipu-tipu dalam skala besar. Jutaan orang bisa terpedaya. Yaitu:
Satu, Islam terlihat menakutkan sementara selainnya harapan yang menjanjikan.
Tak seorang pun pakar yang bisa menyangkal kehebatan ajaran Islam. Ajarannya universal, orisinal, humanis, adil, damai, dan sejalan dengan perkembangan teknologi dan peradaban.
Namun, silahkan imajinasikan tentang negeri-negeri Islam yang ada saat ini. Apa yang bisa dibayangkan? Ya, negeri-negeri yang kolot, keras, dan terkebelakang.
Bayangkan juga tentang sosok ulama-ulama Islam. Apa yang dipersepsikan dunia tentang mereka? Mungkin ada yang menjawab sebagai tokoh teroris, pemimpin radikal, dan anti modernitas.
Padahal persatuan dunia saat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan modern saat ini, bahkan perkembangan bahasa; merupakan sumbangsih agung para ulama. Bukan buah kebaikan penjajah Barat dan lainnya.
Sampai kini, aura Dajjal tentang Islam dan ulama masih terasa. Bahkan terjangkiti di negeri-negeri muslim sendiri.
Dua, tipu-tipu uang kertas dunia.
Dahulu, sebuah kekaisaran, dinasti, kerajaan, dan negara; tingkat ekonominya diukur dari jumlah emas yang mereka miliki.
Sebuah negara dikatakan kaya atau sehat secara ekonomi jika cadangan emasnya memadai. Begitu pun sebaliknya.
Namun sejak tahun 70-an, semuanya berubah. Amerika dan Barat mempelopori lahirnya era uang kertas yang tanpa dasar. Tak ada patokan yang bisa dipertanggung jawabkan.
Dunia pun dikangkangi dolar dan euro. Padahal, dua mata uang itu pun tak memiliki patokan emas yang bisa dipertanggung jawabkan. Sekali lagi, hanya tipu-tipu di atas kertas.
Akibat lain, terus terjadi penurunan nilai mata uang di semua negara. Contoh, di tahun 90-an, harga bakso di tanah air sebesar 200 perak. Setidaknya bisa dicek dari lagu penyanyi cilik tentang ‘Abang Tukang Bakso’.
Coba bandingkan dengan sekarang. Hanya berselang 30 tahun, harga semangkok bakso sudah mencapai 15 ribu rupiah. Silahkan dihitung berapa persen penurunan nilainya.
Bandingkan dengan uang dinar di masa Rasulullah. Rasulullah pernah menghadiahkan satu dinar kepada seorang sahabat yang akan menikah untuk membeli seekor kambing
Berapa harga seekor kambing saat ini? Kambing yang bagus sekitar empat jutaan rupiah. Dan berapa nilai dinar emas saat ini? Nilai 1 dinar emas sama dengan 4,45 gram. Atau senilai 4 jutaan lebih jika diukur 1 gram emas sama dengan 1 juta rupiah.
Jadi, 1 dinar di masa Rasulullah yang sudah 1400 tahun lalu masih sama nilainya dengan saat ini. Tidak ada penurunan nilai sama sekali.
Pertanyaannya, kenapa jutaan orang bisa mencintai uang kertas daripada uang yang berdasarkan emas. Inilah tipu-tipu gaya Dajjal.
Tiga, manipulasi grafis dan internet.
Di film-film digambarkan kehebatan Amerika: pasukannya, persenjataannya, dan uangnya. Tapi semua itu tiba-tiba sirna di Perang Rusia Ukraina. Itulah mungkin kenapa Cina mulai berani nantang Amerika.
Film atau olahan video melalui manipulasi grafis canggih menjadikan yang tidak nyata seolah nyata. Yang jelek bisa jadi cantik dan ganteng. Yang kurus menjadi tampak gagah. Semua bisa diolah menjadi apa saja.
Dan era internet menjadikan semua manipulasi itu menjadi begitu massif. Hampir semua orang bisa mendapatkan kiriman kebohongan itu melalui ponsel mereka.
Jadi, kalau seseorang ingin dipersepsikan sebagai orang soleh, caranya sangat gampang. Cukup ia mengenakan ‘busana takwa’ dan berada di ruangan masjid. Tak usah banyak bicara, cukup tersenyum semanis yang bisa dilakukan.
Setelah itu, tim desain grafis akan mengolahnya dan menyebarkannya. Satu kali sebar, orang belum percaya. Tapi jika terus-menerus tersebar dengan olahan objek yang sangat menarik dan berkenan, orang pun akan seribu persen percaya.
Berhati-hatilah dengan era akhir zaman saat ini. Jangan mudah percaya dengan sesuatu yang tiba-tiba massif atau viral. Karena boleh jadi itu trik tipu-tipu ala aura Dajjal. [Mh]