SLOGAN ‘Merdeka atau Mati’ bukan sembarang slogan. Dalam slogan sederhana ini, terkandung makna religiusitas yang sangat tinggi.
Kita sering mendengar slogan ‘Merdeka atau Mati’. Terutama di momen tujuhbelasan seperti sekarang ini. Biasanya slogan itu terpampang sebagai hiasan gapura ketika mau masuk gang.
Jangan Salah Paham dengan Slogan Ini
Sepintas slogan ‘Merdeka atau Mati’ menunjukkan keberanian. Dan makna ini bisa dikatakan mendekati kebenaran.
Secara nalar, orang mungkin bisa saja menilai bahwa slogan ini menunjukkan jalan buntu. Seolah karena tidak ada cara lain untuk mengalahkan penjajah, ya bisa dengan cara mati-matian. Orang Jepang biasa menyebutnya kamikaze.
Ketidaktepatan lain adalah seperti menunjukkan ketidakberdayaan atau keputusasaan. Karena tidak ada sarana lain untuk melawan musuh, mati pun tidak masalah.
Mungkin mirip seperti pendemo anarkis yang nekat melawan aparat keamanan dengan senjata batu dan tiang bendera. Kalau ada pendemo yang celaka, maka aparat akan kena amarah semua.
Makna ‘Merdeka atau Mati’
Disadari atau tidak, gelombang perjuangan fisik melawan penjajah dipelopori oleh sebagian besar oleh tokoh Islam. Di antara mereka ada sultan, ulama, dan santri.
Awal mula terbentuknya tentara nasional Indonesia pun berasal dari perkumpulan pemuda Islam seperti istilah laskar dan sejenisnya.
Jadi, spirit perjuangan mereka merupakan gabungan dari dua nilai: jihad dan tekad untuk merdeka. Jihad identik dengan mati syahid. Dan dalam Islam, balasannya hanya satu: surga.
Ulama di Mesir di masa perlawanan melawan penjajah Barat juga menyerukan slogan berbahasa Arab. Yaitu, ‘isy kariiman, aw mut syahiidan. Artinya, hidup mulia atau mati syahid.
Secara jelas ada kemiripan slogan ini dengan ‘Merdeka atau Mati’. Merdeka adalah hidup mulia tanpa penindasan penjajah dan mati adalah syahid di jalan perjuangan.
Inilah spirit utama gelombang perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah: Belanda, Inggris, maupun Jepang.
Tidak heran jika komando utama perjuangan ini melalui kumandang azan di masjid-masjid. Dan hal tersebut menjadi ciri perlawanan di sebagian besar daerah di Indonesia. Dari ujung Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga Maluku.
Masjid dan musholah bukan hanya menjadi tempat shalat. Tapi juga menjadi maskas perlawanan.
Jadi jangan anggap enteng slogan ‘Merdeka atau Mati’. Karena hal itu merupakan slogan jihad umat Islam melawan penjajah di masa perjuangan fisik. [Mh]