DULUNYA jin takut kepada manusia, namun sekarang justru sebaliknya. Manusia takut, bahkan meminta pertolongan kepadanya.
Allah ta’ala berfirman,
وأنه كان رجال من الإنس يعوذون برجال من الجن فزادوهم رهقا
“Bahwasanya ada beberapa laki-laki di antara manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari kalangan jin maka jin-jin itu menjadikan mereka semakin bertambah ketakutannya.” (Q.S. Al-Jin: 6)
Para mufassirin menjelaskan,
“Dahulu jin takut kepada manusia sebagaimana manusia sekarang takut kepada jin. Mulanya manusia apabila singgah di suatu tempat maka jin-jin yang menghuni tempat itu pergi menjauhkan diri.
Akan tetapi keadaan berbalik tatkala manusia meminta perlindungan kepada jin saat melintasi suatu lembah atau menyusuri hutan atau tempat yang mengerikan seraya berkata,
“Kami berlindung kepada tetua jin penunggu lembah ini”.
Baca Juga: Doa-Doa agar Terhindar dari Gangguan Jin
Dulunya Jin Takut kepada Manusia
Perlakuan manusia yang merendah seperti itu membuat para jin menjadi sombong dan berani menakut-nakuti manusia hingga akhirnya manusia dibuat ketakutan kepada mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir 4/428)
Dari ayat di atas kita mengambil pelajaran bahwa isti’adzah (meminta perlindungan) kepada para jin merupakan tradisinya masyarakat jahiliah.
Selain itu ada peringatan keras dari meminta bantuan kepada dukun dan paranormal yang mereka sering mempersembahkan pengagungan berupa sesajian dan tumbal kepada para jin yang semua itu tergolong kesyirikan dan pelakunya tidak akan diampuni Allah sampai dirinya bertaubat.
Lalu wirid apa yang kita baca apabila kita singgah di suatu tempat?
Rasulullah shallahullahu ‘alaihi wa salam mengajarkan,
أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق
“A’uudzubikalimaatillaahit taammaat min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya). (HR. Muslim 2708)
Siapa yang membaca wirid ini atas dasar iman dan hati bersandar penuh kepada Allah maka Allah akan melindungi dirinya hingga dia berpaling dari tempat tersebut.
Catatan Ustaz Fikri Abul Hasan. [Ln]