SENDIRI itu ketika merasa tak ada yang lain selain diri sendiri. Mau ngapain aja nggak akan ada yang tahu.
Mungkin sebagian kita pernah merasakan nyamannya ketika sendiri. Bebas, bisa melakukan apa saja. Yang penting tidak merugikan orang lain.
Inilah sebenarnya bentuk ujian lain dari Allah subhanahu wata’ala. Tingkat keimanan seseorang justru terukur di saat ia sedang sendiri.
Sebuah kisah jadul tentang para santri yang diuji kiyainya bisa menyegarkan kesadaran kita. Ketika sang kiyai meminta para santri pilihan untuk menyembelih ayam di tempat yang tersembunyi.
Dari sekian santri itu hanya seorang yang tak mampu melaksanakan tugas pak kiyai. Ia mengatakan, “Di mana pun tempat tersembunyi yang aku kunjungi, aku merasa ada Allah di situ.”
Ia bukan santri gagal karena tak mampu menyembelih ayam di tempat tersembunyi. Justru, dialah santri istimewa yang pemahaman keimanannya begitu hidup.
Dan memang, pada dasarnya kita tak pernah sendiri. Atau dengan kata lain, tak ada tempat tersembunyi di dunia ini.
Sadarkah kita bahwa selalu ada makhluk Allah yang mulia yaitu malaikat yang senantiasa bersama kita di mana pun kita berada. Termasuk saat di toilet sekali pun.
Setidaknya ada dua malaikat selalu bersama kita. Ada malaikat pencatat amal. Ada juga malaikat penjaga.
“Baginya (Manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah….” (QS. 13: 11)
“(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri.” (QS. 50: 17)
Kalau kita memahami ini, apakah masih ada perasaan bahwa kita sedang sendiri?
Seolah tak ada yang pernah tahu apa yang kita perbuat ketika sedang sendiri. Ya, manusia lain memang tidak pernah tahu. Tapi Allah selalu tahu.
Coba kita resapi dari dalam diri bahwa sejumlah malaikat selalu berada di semua sisi diri kita. Mereka tak pernah meninggalkan kita, meski sedetik pun.
Bahkan mereka bukan sekadar ada. Tapi melakukan aktivitas tentang diri kita. Ada yang mencatat semua yang kita lakukan. Ada yang menjaga dan mengawasi.
Kalau saja mereka bisa kita lihat. Mungkin tak akan ada niat untuk bertingkah seenaknya. Meskipun kita sedang sendiri.
Mata fisik kita mungkin akan bilang bahwa memang tidak ada siapa pun di sekitar kita. Tapi mata hati kita akan menunjukkan siapa saja yang selalu ada bersama kita.
Jadi, masih merasa sedang sendiri? Keimanan akan menjawab, sampai kapan pun, kita tidak pernah sendiri. [Mh]