BUNDA dan Ayah mungkin sering menghadapi anak yang tetap bandel meskipun sudah diberitahu. Ini tentunya mengusi kesabaran orangtua. Namun, Bunda dan Ayah harus paham bahwa mereka masih dalam masa perkembangan. Tidak semua hal yang tampak mudah dilakukan oleh orang dewasa, mudah pula bagi anak-anak.
Berikut ini lima alasan yang harus orangtua ketahui untuk memahami anak-anak yang tetap bandel meskipun sudah diberitahu, sebagaimana dilansir dari Best Of Parenting:
Baca Juga: Tidak Berani Mengatakan Anakku Hebat
Memahami Alasan Anak Tetap Bandel Meskipun Sudah Diberitahu
1. Otak anak-anak masih berkembang
Orangtua terkadang memiliki ekspektasi yang sangat tinggi bahkan tidak realistis terhadap anak-anaknya, mereka lupa atau bahkan tidak memahami bahwa otak anak masih dalam masa perkembangan.
Sesuatu yang mungkin terlihat mudah bagi orangtua tentunya akan jauh lebih sulit ketika dilakukan oleh anak-anak. Contohnya, menahan godaan untuk tidak makan cemilan sebelum makan nasi.
Penelitian menuntukkan 56 persen orangtua, mengharapkan anaknya yang berusia di bawah tiga tahun menuruti aturan tersebut.
Namun, menurut psikolog anak dan pakar perkembangan, sebagian besar anak-anak tidak dapat menguasai keterampilan ini sampai mereka setidaknya berusia tiga setengah hingga empat tahun. Dan area otak yang terlibat dalam pengendalian diri tidak sepenuhnya matang sampai setelah masa remaja.
2. Stimulasi yang berlebihan
Mendidik anak-anak untuk tetap aktif memang sangatlah penting, tetapi sama pentingnya untuk menyeimbangkannya dengan memberi waktu istirahat dan waktu senggang.
Kehidupan modern terkadang bisa sangat cepat dan sibuk bahkan untuk orang dewasa, jadi ketika kita menjadwalkan kehidupan anak-anak kita dengan terlalu banyak bersosialisasi dan terlalu banyak aktivitas, mereka bisa menjadi terlalu bersemangat.
Ketika anak-anak memiliki keseimbangan yang tepat dalam hidup mereka antara istirahat, bermain dan beraktivitas, perilaku ‘nakal’ seperti amukan atau hiperaktif cenderung meningkat secara dramatis.
3. Pengaruh fisik
Kurang tidur, lapar dan/atau sakit dapat mempengaruhi kita dalam banyak hal, kita bisa menjadi mudah tersinggung atau tidak sabar dan mungkin sulit berkonsentrasi.
Nah, untuk anak-anak efeknya lebih besar lagi. Jika anak-anak kita terlalu lelah, sakit, lapar atau memiliki terlalu banyak gula dalam sistem mereka, efeknya pada perilaku mereka bisa drastis.
Jadi, jika anak-anak kita mulai berperilaku buruk, selalu ada baiknya memeriksa apakah kebutuhan dasar mereka terpenuhi sebelum kita memberi label ‘nakal’ dan mulai memberikan konsekuensi.
4. Emosi yang kuat
Emosi yang kuat seperti ketakutan, kemarahan, dan frustrasi bisa jadi sulit dihadapi bahkan oleh orang dewasa, dan banyak dari kita telah belajar untuk menyembunyikan emosi kita dengan humor atau memendamnya.
Emosi yang kuat bahkan lebih sulit untuk dihadapi anak-anak karena mereka tidak terbiasa dengannya dan tidak punya waktu atau pengalaman untuk mengembangkan strategi koping apa pun, sehingga emosi mereka yang kuat dapat terlihat seperti menangis, berteriak, atau memanggil nama.
Jadi, penting bagi kita untuk mencoba mendukung mereka melalui emosi mereka dan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka baik-baik saja karena anak-anak hanya akan belajar bagaimana menghadapi emosi tersebut jika kita memberi mereka kesempatan untuk mengalami dan mengekspresikannya.
5. Anak-anak harus bergerak!
Perlu Bunda ingat, bahwa anak memang sangat mendambakan untuk aktif bergerak secara fisik, bermain bersama teman-teman, bereksplorasi, dan mencoba hal-hal baru. Bunda bisa mengajaknya bermain sesekali.
Masih banyak alasan lain yang tentunya berkaitan dengan tumbuh kembang anak, jadi Bunda dan Ayah harus terus mempelajari karakter anak yang sesuai dengan usia dan perkembangannya. [Ln]