HAJATAN pemprov DKI Jakarta ‘balap mobil listrik formula E’ akhirnya jadi digelar. Setelah sekian lama terombang-ambing isu politik, ajang olah raga kelas dunia ini akhirnya menjadi sorotan.
Hal ini bermula dari rencana pemprov DKI Jakarta untuk menggelar balap kelas dunia formula E beberapa bulan lalu.
Sebenarnya, hajatan olah raga ini biasa-biasa saja. Sudah menjadi hal biasa jika kota-kota kelas dunia termasuk Jakarta menyentak perhatian publik dengan even olah raga.
Begitu banyak manfaatnya. Mulai dari sisi geliat ekonomi, promosi pariwisata, dan tentu saja membangun citra baik negara di ajang kelas dunia.
Namun entah kenapa, hajatan olah raga ini menjadi begitu seksi secara politik. Misalnya, ada partai besar yang begitu sensitif merespon ajang balap mobil listrik dunia ini.
Begitu pun dengan tokoh-tokoh pejabat negara yang ikut bersuara sumbang. Seolah-olah balap formula E ini begitu membahayakan negara.
Bahkan dikabarkan, badan usaha milik negara enggan memberikan dukungan. Alasannya, pengajuan kerjasamanya diklaim sudah terlambat.
Publik pun akhirnya menyorot ke sisi lain. Bukan tentang ajang olah raganya. Tapi tentang sosok penyelenggaranya, yaitu sang gubernur Anies Rasyid Baswedan.
Sosok Anies dikabarkan sejumlah lembaga survei sebagai bakal calon presiden dengan tingkat elektabilitas teratas mengungguli bakal calon lain.
Sementara, begitu banyak pihak yang sepertinya menaruh kekhawatiran jika Anies memang akhirnya terpilih menjadi presiden untuk pilpres mendatang.
Ini pun sebenarnya aneh. Apa yang perlu dikhawatirkan dari Anies? Bukankah biasa jika setelah menjadi gubernur, seseorang mencalonkan diri sebagai calon presiden.
Sepertinya ada sisi lain yang kini menjadi problem serius di elit bangsa ini. Yaitu, adanya upaya pembelahan antara pihak yang didukung umat Islam dan non Islam.
Problem ini biasa disebut dunia sebagai Islamofobia. Yaitu, ketakutan berlebihan terhadap potensi umat Islam.
Ketakutan ini pun sebenarnya menjadi keanehan baru. Selain Indonesia yang mayoritas muslim, PBB pun sudah menyatakan “perang” dengan Islamofobia.
Ya, apa mau dikata. Ajang olah raga balap mobil formula E, kini menjadi ajang balap politik formula E: elektabilitas. [Mh]