APAKAH benar kesimpulan bahwa banyak anak banyak rezeki? Ustaz Oni Sahroni menjelaskan mengenai makna dan penafsiran masalah tersebut.
Sesungguhnya, memperbanyak anak itu dilakukan dengan memastikan adanya niat, komitmen, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan biaya dan pendidikannya.
Kondisi ini mungkin berbeda-beda kondisinya dari satu keluarga dengan keluarga lain.
Menjadi sesuatu yang dianjurkan saat keluarganya adalah keluarga yang mampu untuk melakukan hal tersebut.
Sebaliknya, saat keluarganya tidak punya iktikad dan kemampuan untuk menyediakan biaya dan mendidik anak.
Hal itu diperlukan supaya yang lahir adalah keluarga yang kokoh dengan anak-anak yang tumbuh sehat dan terdidik, baik keluarga besar maupun keluarga kecil. Bukan sebaliknya, keluarga dengan anak-anak yang tumbuh tidak sehat dan tidak terdidik.
Maksud perbanyak anak dalam hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentu adalah anak-anak yang tumbuh sehat, terdidik, serta terbina agar menjadi generasi terbaik pada zamannya.
Baca Juga: Punya Banyak Anak, Ini Cerita Zaskia Adya Mecca
Makna Banyak Anak Banyak Rezeki
Demikian pandangan proporsional sebagaimana dijelaskan para ahli, seperti al-Qardhawi, Syauqi ‘allam, dan lainnya dengan penjelasan sebagai berikut.
Pertama, tuntunan terbaik dalam menerjemahkan ayat dan hadis adalah dengan menghimpun seluruh nash terkait dan menerjemahkannya secara proporsional berdasarkan kaidah-kaidah bahasa, tafsir, dan penafsiran para salaf ash-shalih.
Kedua, mungkin ditemui beberapa fenomena yang berlebihan yaitu ada yang menyimpulkan bahwa banyak anak banyak rezekii atau tambah anak tambah pendapatan.
Hal itu mendasari sebagian orang untuk memperbanyak keturunan tanpa pertimbangan tanggung jawab untuk mendidik anaknya.
Seperti diketahui, fakta bahwa dengan bertambahnya anak, juga bertambah amanah untuk mendidiknya.
Ketiga, benar adanya bahwa Allah Subhanahu wa taala dan Rasul-Nya menganjurkan kepada setiap keluarga untuk memperbanyak keturunan sebagaimana hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
“Nikahilah wanita yang penyayang lagi peranak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain (pada hari kiamat).” (H.R. Abu Daud).
Firman Allah Subhanahu wa taala,
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya..” (Q.S. Hud ayat 6)
Akan tetapi, nash-nash ini tidak boleh dimaknai terpisah dari nash-nash terkait.
Keempat, benar adanya bahwa Allah Subhanahu wa taala mengharamkan seseorang membatasi anak karena kekhawatiran yang berlebihan akan rezeki sebagaimana firman Allah Subhanahu wa taala,
“….dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka….(Q.S. Al-An’am ayat 151)
Suasana ini tidak boleh berlebihan hinggga membuat seseorang ketakutan untuk melahirkan anak.
Kelima, anak yang lahir itu adalah amanah sebagaimana hadis Rasululllah shallallahu alaihi wa sallam,
“Setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…” (H.R. Muslim).
Doa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari malapetaka yang parah, dari kesengsaraan yang menimpaku, dari kemalangan dalam keputusan, dan dari kegembiraan musuh.”
Selain itu, sudah menjadi fakta bahwa setiap anak yang lahir adalah amanah yang membutuhkan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya untuk merawat serta mendidiknya agar tumbuh sehat dan terdidik. Wallahua’lam.[ind]
Tulisan ini telah tayang di Republika, Jumat, 6 Mei 2022.