SENIOR itu lebih dahulu lahir. Bisa juga berarti lebih tua, lebih tahu banyak dan berpengalaman. Tapi, hati-hati menjadi seorang senior.
Sepintas menjadi senior lebih membanggakan dari junior. Seperti ada power lebih yang melampaui para junior.
Senior biasanya lebih dihormati, lebih didengar, dan kadang lebih ditakuti. Dalam sisi positif, senior kadang menjadi sosok teladan buat para junior.
Senior bisa karena lebih tua, lebih dahulu lahir atau ada. Dalam keluarga, anak sulung bisa disebut senior. Dalam sebuah lingkungan, senior juga mirip seperti itu: orang-orang yang datang lebih dulu.
Sepintas, menjadi senior itu lebih keren dan lebih enak. Tapi, ada sisi lain yang tidak mudah untuk para senior.
Tidak mudahnya bukan karena lebih awal menjejaki rute pengalaman. Bukan pula tentang menjaga keteladanan yang terlihat normal untuk para junior.
Tapi, justru kesulitan utamanya ada di dalam diri si senior. Yaitu, bagaimana mengelola keterampilan ego agar bisa tetap stabil dan wajar sebagai sosok yang bisa benar dan salah.
Satu hal yang mesti disadari para senior, mereka sebenarnya sama dengan junior. Hanya waktu start saja yang lebih dahulu. Soal kelebihan menjadi sangat relatif.
Tentang sulitnya mengendalikan ego itulah yang bisa menjatuhkan sang senior. Ia jatuh boleh jadi karena sifat, seperti angkuh.
Bisa juga karena bayang-bayang semu tentang kelebihan dirinya yang sebenarnya tidak lagi di atas para junior, alias setara bahkan mungkin sudah tertinggal.
Sifat angkuh misalnya, bisa menghalangi sang senior untuk menerima perbaikan dari junior padahal kekeliruannya sudah parah. Dan angkuh bisa juga menjadikan diri selalu merasa lebih bermutu.
Menolak perbaikan dan merasa diri lebih bermutu itu benar-benar sebuah “kejatuhan” yang fatal.
Ketika sang senior terjebak dalam dua tempurung ini, ia sebenarnya sudah mendegredasi nilai seniornya hanya sebatas status, bukan nilai.
Jadi, berusahalah sebagai senior yang bijak dan rendah hati. Bijak itu antara lain selalu menyerap aspirasi dan masukan dari para junior. Begitu pun dengan rendah hati yang memposisikan diri merasa diuntungkan oleh waktu, bukan mutu.
Dengan sifat bijak dan rendah hati ini justru para senior berada pada posisi selamat. Hal ini karena dirinya selalu berpijak di atas kapasitas juniornya. Setidaknya dari sisi kedewasaan jiwa. [Mh]