PERANG di satu sisi begitu mengerikan. Tapi, di tangan seorang pebisnis, perang seperti show room senjata canggih mutakhir.
Apa yang bisa ditangkap dari Perang Rusia Ukraina? Ya, apalagi kalau bukan kematian, kehancuran, dan malapetaka. Semuanya tentang kengerian
Sepertinya, tak ada yang untung di kedua belah pihak. Yang menang, ekonominya tersedot habis. Yang kalah, lebih parah lagi.
Itu pandangan sisi luar dari perang. Di sisi yang lain, perang bisa menjadi ajang pameran senjata. Persis seperti sales yang sedang mendemokan produk-produk terbaru yang menarik.
Nggak percaya? Perkembangan yang mengikuti selama perang Rusia Ukraina bisa menjadi pemandangan yang menarik.
Satu, Belarus Beli Senjata Rusia
Negeri tetangga Rusia yakni Belarus akhirnya membeli senjata canggih ke Rusia. Senjata-senjata itu antara lain sistem rudal Iskander dan S-400.
Senjata-senjata ini tergolong rudal jarak pendek yang teranyar buatan Rusia. Meskipun pendek, rudal ini bisa menjangkau jarak 500 kilometer dengan tepat sasaran. Hulu ledaknya bisa dilengkapi dengan nuklir.
Boleh jadi, masih banyak negara lain yang juga transaksi senjata dengan Rusia. Tapi, tidak diberitakan alias diam-diam.
Dua, Finlandia dan Swedia Belanja Senjata ke Nato
Selain Belarus yang belanja senjata ke Rusia, dua negara Eropa lainnya belanja senjata ke lawan dari Rusia, yaitu Nato. Dua negara yang berbatasan dengan Rusia itu adalah Finlandia dan Swedia.
Dua negara ini dikabarkan akan “menerima” stok senjata canggih dari Nato untuk mempertahankan wilayah teritorialnya dari serangan Rusia.
Tiga, Ukraina Belanja Senjata ke Amerika
Jangan dikira Amerika tidak untung di perang Rusia dan Ukraina. Sebaliknya, negeri Joe Biden ini “nanggok” untung dari penjualan senjata ke Ukraina.
Sebuah kabar menyebutkan, untuk biaya operasional militer, Ukraina membayar sebesar 4,3 triliun rupiah. Dan untuk penyediaan amunisi, biayanya 2,3 triliun rupiah.
Itu baru biaya awal dengan prediksi perang tidak lama. Tapi kenyataannya, perang berlarut-larut. Para analisis menyebut bahwa utang Ukraina membengkak karena belanja senjata ke Amerika dan Inggris.
Lebih parah lagi, personil Ukraina tidak terbiasa dengan senjata canggih Amerika. Karena itu, Amerika pun menyediakan “relawan” untuk melatih dan menggunakan senjata-senjata itu. Ya, tentu nggak ada yang gratis buat Amerika.
- Rusia Pamer Senjata-senjata Canggih Terbaru
Jangan bayangkan Rusia sedang habis-habisan ngeluarin semua senjatanya untuk perang. Sebaliknya, Rusia justru sedang menggelar pameran senjata.
Tidak heran jika setiap senjata-senjata canggih yang ditembakkan termasuk rudal jarak dekat dan menengah, selalu ada rekaman videonya dengan sudut pandang yang menarik.
Buat apa video itu? Bukan sekadar buat nakut-nakutin musuh. Tapi sedang gelar pameran senjata terbaru.
Jadi, kalaupun senjata-senjata itu terpakai banyak untuk perang, suatu saat, produk-produk itu akan laris di pasaran dunia. Sebuah investasi dengan cara yang berbeda.
Mahal nggak sih senjata perang itu? Sebagai gambaran, satu butir peluru saja harganya bisa sepuluh ribu rupiah. Itu yang ukuran standar.
Ketika PT Pindad menawarkan peluru kaliber 5,56 mm per butirnya dengan harga Rp 4.200 sejumlah negara banyak yang beli. Antara lain Singapura. Bahkan negara ini dikabarkan sudah teken kontrak beli peluru tersebut senilai 19 triliun rupiah.
Begitulah perang. Belum lagi cerita tentang pasar gelap senjata yang omsetnya jauh lebih besar dari yang pasar resmi.
Jadi buat pebisnis, perang merupakan sisi lain dari peluang yang bisa mendatangkan banyak keuntungan. [Mh]