MAU lebaran pasti banyak acara ngumpul halal bi halal atau reuni. Ngumpul itu menyenangkan, asal jangan ngomong yang menyakitkan atau menjatuhkan. Kalau bisa pembicaraannya yang fun-fun saja, yang bikin semua happy atau terinspirasi.
Ngumpul yang saya malas ngumpul adalah yang ngomongin atau nanyain soal pribadi, yang saya malas jawab antara lain;
1. Suami lu kerjanya apa? (apa saja deh yang penting kan halal dan tanggung jawab)
2. Kapan pulang? Tinggal di mana? (di mana saja deh, yang penting kan nggak nyusahin situ)
3. Kok gemukan? (sambil lihat-lihat tubuh kita) Makin makmur yaa? (senyum-senyum, aku merasa kayak di pasar sapi, yang lagi diukur kiloannya)
Baca juga: Memberi Hadiah Pada Guru
4. Anaknya sekolah di mana? Sudah lulus? Jurusannya apa? (anakku paling malas jawab, sebab jurusan anakku aneh-aneh ada yang sekolah kungfu, sekolah pilot, jurnalistik, english literature, business art, mau jawab apa yang penting kan sekolah nggak nganggur)
5. Nanti kalau sudah pada lulus belum dapat kerjaan ditanya lagi. Kerja di mana? Kenapa nggak begini kenapa nggak begitu?
6. Juga ketika sudah pada pada nikah belum punya anak ditanya lagi. Kapan punya anak? Si itu nikah belakangan sudah punya anak kembar (sambil makan sate dengan santainya, nggak mikir efek dari ucapannya itu bikin orang malas untuk ngumpul sampai punya anak).
Halal bi halal yang seru
Ya, acara ngumpul-ngumpul tuh bisa nggak kita semua bikin enak, ngomongin yang lucu-lucu, cerita yang seru-seru, bahas yang bikin kita jadi punya wawasan, dari sekarang ada baiknya kita ngumpulin;
1. Cerita apa yang mau kita share
2. Humor apa yang mau kita publish
3. Topik apa yang mau kita kemukakan.
Lalu, nggak usah juga ngomongin soal anak. Misalnya; ini si Geulis dapat di ITB, atau ini si Keysha NEMnya tertinggi se-Kalimantan Timur. Bikin yang punya anak dan kebenaran anaknya seumuran dan NEMnya nggak bagus jadi merasa nggak enak.
Dan akhirnya ada kalimat yang setengah membully anaknya. Misal; “Yaa, si Rayhan sih NEMnya cuma sekian. Maklum nih main basket melulu atau anaknya malas sih main game melulu,” sambil nyubit kecil tangan anaknya.
Yuk, bikin ngumpul itu berkesan sehingga kita ingin ketemu lagi dan yang teringat cuma saudara atau kawan yang menyenangkan dan pesan yang berkesan. Bukan gurauan yang bikin hati nggak nyaman.
Ketemu kan juga jarang-jarang, kenapa mesti meninggalkan kalimat yang bikin kesal orang? Bikin orang malas jawab?
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 16-18)
Sepertinya sudah jadi tradisi yang menempel dari generasi ke generasi. Pertanyaan standar setiap ketemu teman lama atau saudara. Pertanyaan yang kadang membuat sebagian tidak nyaman. Dan, pertanyaan yang kadang bersifat men-judge, membandingkan, dan membanggakan.
Karena kita berada di generasi akhir zaman. Kita berubah yuk membicarakan menjadi lebih nyaman, lebih positif, boleh banggain anak tapi dengan tujuan memotivasi anak bukan dengan nada yang mengandung sombong.
Rekomendasi humor halal bi halal
Atau kita share humor saja yuk. Merangkai cerita lucu. Misalnya; Anak ayam bertanya pada induknya. Anak ayam, Mak, kita semua kok namanya sama? Yaitu ‘ayam’!
Nggak seperti manusia. Masih kecil sudah punya nama: Bobby, Robby, Sonny, Jhony, Ucok dan lain-lain. Induk ayam: Naak! Manusia yang masih hidup namanya memang banyak, tapi nanti kalau sudah mati. Namanya satu yaitu ‘Mayat’.
Beda dengan kita. Kalau kita sudah mati, baru namanya banyak. Ada yang namanya; ayam goreng, ayam bakar, ayam pop, ayam penyet, sate ayam, opor ayam, gulai ayam, rendang ayam, dan banyak lagi.
Anak ayam: Oh gitu ya, Maak!?
Nah ini cerita lucuku. Mana cerita lucumu?
Website: