LEBARAN sudah berakhir. Suasana pun sudah kembali normal. Mulai bekerja lagi, sekolah lagi, dagang lagi, dan mungkin demo lagi.
Sepekan rasanya cukup hidup dalam suasana Lebaran. Berpakaian baru, bersilaturahim, pulang kampung, berwisata ria, dan juga bersantai.
Sepekan itu orang seperti hidup dalam dunia lain yang tidak biasanya. Saling bersemangat memberi yang biasanya meminta. Saling bermaaf-maafan yang biasanya saling bersaing. Saling mengunjungi yang biasanya saling mengacuhkan. Dan seterusnya.
Selama di dunia lain itu rasanya hati dan jiwa begitu tersegarkan. Rasanya seperti terlahir lagi dalam lembaran bersih dan suci.
Kini suasana Lebaran sudah berakhir. Dunia lain yang sejenak itu pun seperti tak lagi berlangsung. Orang kembali ke dunia nyata yang apa adanya.
Yah, mungkin kita seperti habis terbuai dalam mimpi indah dalam tidur panjang semalaman penuh. Dan akhirnya fajar membangunkan kita untuk kembali dalam dunia nyata.
Inilah dunia nyata yang harus dihadapi. Harus diterima sebagai dunia yang normal. Dunia keseharian yang di sinilah keberadaan kita sebenarnya.
Selamat datang kesibukan baru. Selamat datang masalah baru. Selamat datang intrik-intrik baru. Dan tentu saja selamat datang perjuangan baru.
Namun, meski Lebaran sudah berakhir, tapi serapannya harus masuk seratus persen dalam hati. Semoga yang hanya sepekan itu bisa membekali spirit perjuangan sebelas bulan berikutnya.
Yaitu, ada saling memaafkan dalam persaingan. Ada saling silaturahim dalam pengabaian. Dan ada semangat saling memberi di tengah keinginan untuk mendapatkan. [Mh]