RAMADAN itu seperti madrasah atau sekolah. Allah subhanahu wata’ala seperti memberikan diklat untuk mukmin sebagai bekal untuk sebelas bulan berikutnya.
Allah subhanahu wata’ala mewajibkan berpuasa di bulan Ramadan agar menjadi orang yang takwa. Inilah visi utama ibadah di bulan Ramadan: takwa.
Apa sih definisi takwa secara bahasa dan istilah. Secara bahasa artinya takut dengan penuh hati-hati, dan lainnya. Secara istilah artinya melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang.
Dosis satu bulan itu diharapkan bisa berbekas hingga sebelas bulan kemudian. Bahkan kalau bisa, bisa terus tambah dan kian mantap.
Apa saja yang diharapkan bisa terus berbekas?
Satu, ibadah puasa.
Satu bulan melaksanakan ibadah puasa, tentu akan otomatis menjadi habit atau kebiasaan. Seperti bangun sahur, puasa, dan berbuka.
Ketika Ramadan berakhir, habit ini akan terus menagih untuk dilaksanakan. Kalau pun ada kecenderungan untuk melupakan, maka harus ada upaya untuk memaksakan diri untuk menjaga habit ini.
Yaitu, dengan melaksanakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan melaksanakan puasa Syawal selama enam hari.
Nabi bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Nabi mencontohkan melaksanakan puasa enam hari itu secara berturut-turut setelah sehari merayakan Idul Fitri.
Dampak puasa sunnah ini sangat luar biasa. Secara fisik akan menjaga adaptasi kebiasaan sehat selama Ramadan. Secara jiwa akan menjaga kontinyuitas semangat ibadah pasca Ramadan.
Dan enam hari merupakan waktu yang cukup untuk meraih tujuan fisik dan jiwa itu. Itulah boleh jadi kenapa Nabi menyebutnya meraih pahala puasa selama setahun.
Dua, qiyamul lail.
Selain puasa, qiyamul lail merupakan diklat lain yang akhirnya menjadi habit. Ada yang hilang ketika malam hanya diisi dengan shalat Magrib dan Isya saja.
Bedanya, qiyamul lail di bulan Ramadan dilaksanakan berjamaah. Sementara di bulan-bulan lain dilaksanakan secara sendiri-sendiri dan di rumah.
Shalat tentu tidak sekadar amal untuk menggugurkan salah satu kewajiban. Jauh dari itu, shalat sebagai media komunikasi seorang hamba dengan Allah subhanahu wata’ala.
Ada keakraban di media itu. Ada saluran khusus agar seorang hamba bisa mengungkapkan kebutuhannya kepada Allah.
Tiga, masjid.
Selama Ramadan, masjid menjadi tempat paling populer buat seorang muslim. Bahkan jauh lebih populer dari tempat kerja.
Hal ini karena di sepuluh malam terakhir, ada ibadah sunnah yang tidak bisa tidak kecuali dilaksanakan di masjid. Yaitu, ibadah i’tikaf.
Selama dua puluh hari sebelumnya, masjid menjadi tempat yang selalu terpikirkan untuk dikunjungi, setidaknya lima kali sehari. Termasuk di hari libur.
Ketika Ramadan berlalu, kedekatan seorang muslim dengan masjid akan terus berbekas. Ada yang hilang dalam dirinya jika seharian tanpa singgah di masjid.
Tentu masih banyak lagi hasil madrasah Ramadan yang terus dijaga kebaikan dan kontinyuitasnya. Semoga kita di antara mereka yang Allah mudahkan untuk mengamalkannya. [Mh]