Chanelmuslim.com – Jangan Remehkan Kebaikan Sekecil Apapun
Apakah amal kebaikan yang terkecil? Ketika membaca tasbih Subhanallah wabihamdihi subhanallah hil adzim, Rasul sebutkan kalimat yang akan mendapatkan ampunan meski dosanya banyak. Mari kita simak kisah Bisyir Al Hafie suatu teladan akan bagaimana Allah memberinya hidayah dari satu amalan yang mungkin sepele.
Suatu sore, sebelum menutup majelisnya, Imam Ahmad bin Hambali mempersilakan murid muridnya yang hadir bertanya. Sebagai sdorang ulama yang luas ilmu dan wawasannya, Imam Ahmad tidak sulit menjawab seluruh pertanyaan dari berbagai cabang disiplin ilmu yang dilontarkan oleh murid-muridnya. Semua dijawab dengan sistematis, komprehensif dan detail.
Baca Juga: Baca Juga: Menanam dan Menuai Kebaikan ala Ustaz Abdul Aziz Abdurrouf
Jangan Remehkan Kebaikan Sekecil Apapun
Akan tetapi ketika ada seorang muridnya yang bertanya tentang sesuatu yang berhubungan dengan Dzat Allah, Asma dan Shifatnya, Imam Ahmad menundukan kepalanya diam seribu basa.
Bertanyalah muridnya dengan keheranan : ” Wahai guru bukankah engkau orang yang teralim di zaman ini?”
Imam Ahmad menjawab: “Untuk semua pertanyaan yang tadi adalah benar, in sya Allah wal Hamdulillah, tetapi selama Syaikh Bisyir al Hafie masih ada, dia lebih berhak untuk menjawab segala sesuatu tentang Allah daripada aku.”
Siapakah Syaikh Bisyir al Hafie ? Seorang yang sangat disegani oleh Imam Ahmad bin Hambali, seorang Ulama besar pendiri Madzhab Hambali, mengenai Ma’rifatullah.
Sekian tahun yang lalu di Baghdad, terkenallah seorang anak muda perlente, kaya raya bernama Bisyir al Harits. Setiap hari aktifitasnya mabuk-mabukan Minum Khamer sambil menyaksikan para penari dan penyanyi berdendang.
Suatu hari dalam kondisi mabuk yang cukup berat dan jalan sempoyongan alias limbung Bisyir melihat ada secarik kertas berguliskan lafadz Basmallah tercecer ditepi jalan (dalam riwayat lain ada yang mengisahkan tercecer di kamar mandi dan sudah terinjak). Bisyr mengambilnya dan berguman tidak layak nama Allah yang Mulia berada di tempat yang kotor. Kemudian ia memungut dan membersihkannya dan dengan sisa uangnya, dibelilah Minyak Mawar dan dioleskan kesecarik kertas yang berlafadzkan Basmallah tersebut. Lalu Bisyir menaruhnya ditempat yang bersih (beberapa riwayat menyebutkan ditempatkan di tempat yang tinggi) .
Ditengah lelapnya Bisyir tertidur, di dalam mimpinya, Bisyir mendengar suara menggelegar…”Hai Bisyir dengan sebab engkau telah mengharumkan nama Allah maka Allah akan mengharumkan nama mu ….”
Sebagaimana biasanya Bisyir mengisi hari harinya dengan mabuk-mabukan. Kali ini dilantai dua rumahnya bersama teman-teman akrabnya Bisyir larut dalam maksiat.
Ada yang mengetuk pintu, pembantunya membuka dan di depan rumahnya ada seseorang yang berpenampilan seperti orang shaleh, menanyakan keberadaan Bisyir. Pembantu menjawab bahwa tuannya ada dilantai atas sedang bersukaria dengan teman temannya. Orang tersebut berkata: “Sampaikan kepada tuanmu apakah untuk seperti itukah Allah menciptakannya?”
Pembantunya segera naik ke lantai atas dan menyampaikan pesan orang tersebut kepada Bisyir. Dengan masih setengah sadar Bisyir menemui orang tersebut, tetapi orang itu sudah tidak berada di depan rumahnya. Maka Bisyir mengejar sampe kujung jalan dengan tergesa-gesa sehingga lupa memakai sandal.
Di ujung jalan itu, terkejarlah orang tersebut, Bisyir bertanya apakah benar dia yang tadi datang ke rumahnya . Dan saat orang itu menjawab iya. Bisyir mohon untuk mengulang ke, bali kata-kata yang diucapkan tadi kepada pembantunya.
“Wahai Bisyir, apakah hanya untuk itukah Allah menciptakan mu?”
Menangislah Bisyir, airmata meleleh tersadarkan sudah sekian lama dia menyia-nyiakan waktunya. Bisyir bertobat dihadapan orang itu dan berjanji untuk menjadi seorang Hamba Allah yang Benar. Kemudian diapun berjanji sebagaimana saat dia bertobat sedang tidak memakai Sandal maka dia tidak akan memakai Sandal seumur hidupnya. Karena itulah Bishir al Harits diberi gelar al Hafiem si Ceker Ayam. Bisyir al Hariets al Hafi. Ia berubah 360 derajat, menimba ilmu dan menjadi sholeh.
Kisah Bisyir al Hafie ada beragam versi tetapi substansiny sama, bagaimana seorang Bisyir menjadi salah satu dari Abraar Muqarrabien.
Diceritakan dalam kitab Wahyu al Qalam, selama Syaikh Bisyir al Hafie masih hidup tidak seekor Kuda dan Keledai pun yang membuang tinja di jalan-jalan kota Baghdad. Allah menghormati kekasihnya Syaikh Bisyir al Hafie agar telapak kakinya tidak terkena dan tersentuh Najis.
Setiap kali beliau ditanya mengapa tidak memakai Sandal selain alasan pertobatannya dulu qadarallah sedang tidak memakai sandal. Beliau menjawab khas seorang Shufi dengan mengatakan Permukaan Bumi ini adalah permadani yang Allah hamparkan merujuk kepada ayat;
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap.” Qs 2 : 22.
Oleh karena itu bagaimana mungkin mengotori hamparan permadani tersebut dengan sandal yang kita pakai.
Bagi syaikh Bisyir semua permukaan bumi adalah suci sbgmn sucinya Bukit Thursina, sehingga Allah menyuruh Musa as. untuk melepaskan Sandalnya.
“Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.” Qs 20 : 12.
Hal yang menarikm wafatnya syaikh Bisyir diketahui karena ada seorang penarik gerobag menepi kepinggir jalan, disitu dia menangis tersedu-sedu dengan kesedihan yang mendalam. Saat ditanya mengapa? Dia menjawab kita telah ditinggalkan oleh syaikh Bisyir, aku tahu tadi Keledaiku sudah melepaskan tinjanya ditengah jalan. Ketika dicek, benarlah syaikh Bisyir sudah wafat.
Inilah kisah-kisah orang shaleh yang diketahui membawa kebaikan tidak hanya bagi dirinya tetapi juga tempat di mana ia tinggal. Sebagaimana keshalehan Umar bin Abdul Aziz sehingga binatang ternak dapat hidup berdampingan dengan serigala pemangsa. (w)
Referensi: http://kisahteladan.web.id/kisah-sufi/bisyr-bin-harits-si-kaki-telanjang/