Doa yang kita panjatkan untuk mendapatkan kemenangan adalah bagian dari kemenangan itu sendiri. Dalam sebuah hadis. Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag memberikan beberapa poin terkait hal ini:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْأَحْزَاب،ِ فَقَالَ اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيعَ الْحِسَابِ اهْزِمْ الْأَحْزَابَ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Abu Aufa ra berkata, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan kehancuran bagi pasukan Ahzab (pasukan gabungan para musuh Islam di antaranya, kafir Quriasy, kaum munafikin, Yahudi, dan para sekutunya), beliau berdoa, “Ya Allah, Dzat yang menurunkan kitab, Dzat yang cepat dalam membuat perhitungan, hancurkanlah pasukan Ahzab. Ya Allah, hancurkanlah mereka dan cerai-beraikanlah mereka.”
(HR. Muslim, hadits no 3277)
Baca Juga: Makna Doa Malam Lailatul Qadar
Doa adalah Sebuah Kemenangan
Hikmah Hadis:
1. Doa merupakan implementasi dari sebuah visi besar yang terdapat di dalam diri pribadi setiap orang yang beriman. Karena doa adalah refleksi dari luapan harapan yang membuncah yang tercetus dari dalam relung hati yang paling dalam guna meneguhkan langkah, cita, asa dan tujuan sebagai tumpuan dari sebuah harapan.
Maka doa juga bisa menjadi tolak ukur obsesi seseorang dalam kehidupan, terkait arah mana yang akan ia tuju dan ke dermaga mana akan ia tambatkan.
2. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan bagaimana seharusnya setiap muslim menggantungkan obsesinya, yaitu “li takuna kalamatullahi hiyal ‘ulya (untuk mengagungkan dan memuliakan serta memenangkan panji Allah subhanahu wa ta’ala).”
Karena obsesi termulia bagi setiap muslim adalah obsesi agar dakwah Islamiyah selalu tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Terlebih, dengan doa akan semakin memantapkan hati, menenangkan jiwa dan menentramkan raga, yang oleh karenanya akan menjadi faktor penunjang utama dalam kemenangan dalam sebuah perjuangan. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa doa menjadi bagian dari kemenangan itu sendiri.
3. Doa yang dilantunkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam riwayat hadis di atas, adalah doa yang beliau lantunkan dalam peristiwa perang Ahzab, yaitu perang yang terjadi di tahun ke 5 H.
Dimana kaum Kafir Quraisy menghimpun kekuatan-kekuatan besar dengan para suku-suku besar lainnya, di antaranya dengan suku Bani Ghathafan, Bani Asad, Bani Sulaim, dan juga dimotori oleh kaum Yahudi Bani Qunaiqa’, Bani Nadhir, dsb.
Dan pada akhirnya hampir semua kekuatan di luar kekuatan Islam, berhimpun menjadi satu membentuk sebuah pasukan yang sangat besar yang secara keseluruhan berjumlah lebih dari 10.000 pasukan yang siap untuk mengepung, menyerang dan menghancurkan kekuatan Islam. Oleh karena itulah gabungan pasukan tersebut disebut dengan Ahzab yang berarti kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang besar.
4. Menghadapi pasukan yang sangat besar akan menyerang kota Madinah, tentu secara manusiawi membuat sebagian kaum muslimin menjadi takut dan khawatir, yang kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil usulan Salman Al-Farisi untuk membuat parit (Khandak), sebagai ikhtiar yang dilakukan guna menahan serangan pasukan besar tersebut, dengan tentu disertai doa dan permohonan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang dimunajatkan dengan setulus hati dan seikhlas jiwa.
Dan dengan izin Allah, pasukan Ahzab yang besar tersebut menjadi kocar kacir dengan angin kencang yang memporakporandakan mereka dan hati mereka menjadi takut dengan para malaikat yang Allah kirimkan menghembuskan ketakutan di dalam hati mereka.
Dan akhirnya merekapun kembali pulang dengan tangan hampa tanpa mendapatkan satu kemenangan pun. Itu semua adalah berkat ikhtiar dan doa yang dilantunkan dari lubuk hati yg paling dalam. Maka, jangan pernah meninggalan doa demi kejayaan dan kemuliaan agama Islam.
Wallahu A’lam
[Ln]