Suatu hari Umar bin Khaththab memasuki rumahnya lalu ia mengambil pedang, busur dan anak panah. Setelah itu, dia pergi ke Ka’bah dan melakukan thawaf sebanyak tujuh kali putaran dan diakhiri dengan shalat dua raka’at.
Selesai shalat, ‘Umar menuju tempat orang-orang Quraisy yang sedang duduk-duduk di dekat Ka’abah.
Umar menantang orang-orang Quraisy, “Wahai orang-orang Quraisy siapa yang ingin ibunya merana, anaknya menjadi yatim, dan istrinya menjadi janda, maka besok setelah shalat fajar, temuilah aku di belakang jurang itu. Sungguh, aku akan pergi hijrah,”
Baca Juga: Sebab Luka Wanita Inilah Umar bin Khaththab Masuk Islam
Keberanian Umar bin Khaththab Untuk Hijrah
Tidak ada suara jawaban, mereka diam membisu. Tampak tidak berani menerima tantangan dari Umar.
Maka keesokan harinya, tanpa diikuti oleh kaum musyrik Quraisy, Umar berangkat bersama 20 orang Muslim dari golongan miskin dan lemah.
Di antara rombongan yang berangkat itu ada Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Hisyam bin Al-Ash.
Abu Jahal menyusul mereka dan memaksa Ayyash untuk kembali ke Mekah. Ia mengacam Ayyash dengan mengatakan, “Wahai Ayyash, ibumu bersumpah, dia tidak akan makan dan minum sampai engkau mau kembali. Dia juga tidak mau mandi sampai engkau kembali.”
Ayyash terkejut dan khawatir dengan ancaman itu, namun Umar berusaha untuk menenangkannya, “Teguhkanlah dirimu, Wahai Ayyash.”
“Tapi Umar, ibuku…” jawab Ayyash sedih.
Belum selesai ia berkata Umar kembali meneguhkannya, “Wahai Ayyash, jika engkau kembali mereka akan memfitnah agamamu.”
Air mata Ayyash mulai membasahi pipinya, “Wahai Umar, aku tidak kuat, ibuku…”
“Wahai Ayyash, jika hari ini dia tidak mandi, kutu-kutu akan memenuhi rambutnya, sehingga dia pasti mandi. Bila dia hari ini tidak minum, dia akan sangat haus sehingga dia akan minum juga,” Umar kembali berusaha untuk meyakinkannya.
“Wahai Umar, aku tidak kuat. Ibuku…” Ayyash mulai histeris.
“Apabila engkau menolak nasihatku dan engkau harus kembali, ambilah untaku ini sehingga engkau dapat ingat hadapku. Semoga suatu saat engkau akan kembali kepada kami dengan unta itu,” ucap Umar.
Ayyash akhirnya kembali ke rumah untuk menemui ibunya. Belum sampai Ayyash ke rumahnya, tiba-tiba Abu Jahal mengikat dan menahannya.
Ia tertahan selama dua tahun lamanya di Mekah. Setelah itu Umar menulis surat untuk Ayyash di Mekah. Setiba surat itu di tangan Ayyash, dia lalu membacanya dan menangis.
Tiba-tiba ia melihat unta milik Umar berada di hadapannya. Ayyash segera menaikinya menuju Yastrib. Dia pun selamat dan berkumpul dengan kaum Muhajirin. [Ln]